Mohon tunggu...
FAIZ FATURROHMAN
FAIZ FATURROHMAN Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA

MAHASISWA SASTRA INGGRIS UIN JAKARTA.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Two Words: Indonesia Version

20 Desember 2022   12:46 Diperbarui: 20 Desember 2022   12:52 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemudian pertarungan Raja dengan Ratu masih berlanjut, seketika Raja melihat Patih Meda yang sedang sekarat dan berlumur darah, Raja berniat harus mengakhiri pertarungan ini dengan cepat dengan menggunakan jurus terakhirnya yaitu menggunakan panah Dewa yang menggunakan tenaga dalam yang ia sudah latih bertahun-tahun. Ini adalah jurus tenaga dalam siapapun bisa melakukannya, tetapi dengan syarat yang berat yaitu salah satunya melakukan petapaan di salah satu candi yang dibuat karena dipercaya Dewa pernah bertapa dan mengumpulkan kekuatannya di tempat itu dan jurus ini juga butuh latihan bertahun-tahun. Itulah mengapa di Kerajaan Wonosari hanya beliau yang mampu melakukan jurus tersebut, berbeda dengan ilmu sihir yang siapapun bisa melakukannya dengan ritual dan berlatih menggunakan mantra, tetapi ilmu ini membutuhkan korban terlebih dahulu.

Lanjut ke pertarungan Raja dengan Ratu, setelah Raja menggunakan jurus tersebut dan juga Ratu telah kehabisan tenaga karena semua serangannya di tangkis oleh Raja akhirnya pandangan Ratu mulai kabur sehingga Ratu tak sempat menghindar dari serangan panah Dewa itu yang membuat tubuhnya di tembus oleh busur panah yang melaju secepat kilat dan tepat mengenai jantung dari Ratu tersebut. Pada akhirnya pertarungan dimenangkan oleh Raja dan ratupun harus terbaring tidak bernyawa dengan berlumuran darah hitam. Walaupun pertarungan dimenangkan Raja, tetapi Raja hampir terjatuh karena kehilangan seluruh tenaganya. Kemudian Raja segera menghampiri Meda dan Meda berkata "aku tidak apa-apa yang mulia.. aku masih bisa menahan ini, lebih baik kau temui anak dan istrimu.. cepat". Rajapun  bergegas ke ruang bersalin dan seketika membuka pintu beliau terkejut karena tidak ada siapa-siapa diruangan itu.

Kemudian Raja berteriak dengan memanggil nama Kumara "kumara... sayang dimana kau??" dia berpikir bahwa Kumaralah yang telah membawa anak-anak pergi untuk berlindung. Patih Meda bertanya "ada apa yang mulia??". Raja Menjawab "Kumara dan anak-anak tidak ada diruangan." Lalu Patih Meda menjawab "apaa??. Kemana mereka??." Dengan ekspresi yang sangat bingung sambil menahan sakit dan berkata "maaf yang mulia aku tidak bisa membantumu untuk mencarinya... aku tidak bisa dengan kondisiku yang sekarang". Rajapun menjawab "tidak apa-apa Meda.. kau harus tetap disini... kau harus bertahan". Sambil memegangnya.

Kemudian Raja meninggalkan Meda dan keluar dari Keraton, dan beliau sangat terkejut melihat kondisi sekitar, banyak bangunan yang rusak dan banyak sekali orang merintis kesakitan. Hanya beberapa orang saja yang mundar mandir memberikan pertolongan mereka, adalah prajurit dari tim medis kerajaan. Beliau berkata dalam hatinya "ini adalah sejarah yang tak terlupakan bagi rakyat Wonosari dan juga bagiku.. ini adalah peperangan terbesar Wonosari." Lalu Raja bertanya ke salah satu prajurit "hey apakah kalian melihat anak kecil lewat sini?". Lalu prajurit itu menjawab dengan perasaan kaget "hahh?? Yang mulia apa kau baik --baik saja?? Anak kecil?? Aku tidak melihatnya yang mulia. Apa yang kau maksud adalah Raden??." Raja menjawab "yaa.. aku kehilangan Raden dan istriku saat bertarung.. kemungkinan mereka pergi meninggalkan Keraton untuk bersembunyi". Lalu Raja dan prajurit yang tersisa pergi mencari Raden dan Kusmara.

Mereka semua berpencar, dan seorang prajurit yang sedang membersihkan reruntuhan tiba-tiba berteriak "yang mulia... aku menemukan Raden". Lalu Raja bergegas menghampirinya dan saat di periksa Raden sudah tidak bernyawa sambil memeluk adiknya itu. Tetapi, bayi itu masih bernafas dan langsung digendong oleh Raja, melihat anaknya yang sudah tidak bernyawa Raja sangat sedih dan menangis dia hanya bisa pasrah dengan keadaan sekarang. Sambil menangis dan menggendong adik Radya, Raja masih berkeliling untuk mencari Kumara dan ketika beliau menghampiri bangunan yang telah hangus terbakar dia melihat ada seorang wanita yang tewas terbakar dan tubuhnya gosong, tetapi wanita itu persis memakai gaun putih yang sama yang dipakai oleh Kumara saat setelah melahirkan. Rajapun menghampiri wanita tersebut sambil menggendong bayi dan seketika Raja berteriak "Kumara....!!!" Sambil menangis dan mengatakan "kenapa kamu berakhir seperti ini sayang... tidak.. aku tidak akan menerima ini. Suatu saat nanti aku akan balas perbuatan penyihir itu.

1 bulan setelah peperangan Wonosari dengan Lentera.

Raja Wijaya mengunjungi Patih Meda yang masih dalam perawatan di Bhadra (semacam rumah sakit untuk mengobati rakyat dan prajurit), lokasinya tidak jauh dari Keraton beliau mengendarai kuda bersama prajurit lainnya yang sedang melakukan pengawalan.

Raja Wijaya: "bagaimana kondisimu Meda??"

Marhapatih Meda: "sudah lebih baik yang mulia.. oh ya bagaimana kondisi Wonosari saat ini?? Aku belum sempat melihatnya."

Raja Wijaya: "Wonosari sedang menjalani perbaikan dan pembangunan besar-besaran saat ini.. tenang saja kerajaan ini akan tetap berdiri kokoh selama aku yang bertahta. Hmmm.. sepertinya aku harus membangun candi baru."

Marhapatih Meda: "benarkah..??? kau akan membangunnya untuk yang ketiga kalinya?? Hmmm... kalau begitu buatlah yang besar yang besar mulia, candi apa yang kau ingin bangun??."

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun