"Kalian sepertinya punya hubungan keluarga yang sangat dekat." gumam Sugara. Ali Nurdin hanya menonton sahabatnya melanjutkan sandiwaranya yang penuh resiko.
"Apa aku diterima bekerja di sini?" tanya Gendis, gadis itu memilih untuk tak menjawab pertanyaan pria yang diketahuinya bernama Ray Rahardian pemilik perusahaan yang bergerak di bidang pertanian dan pariwisata alam yang menawarinya sebuah pekerjaan.
"Ya, kau adalah pengatur taman yang hebat, kau mau pekerjaan itu kan? Atau jika kau lebih suka di belakang meja, kami juga menyisakan posisi itu untukmu."
"Kenapa ada kebetulan seperti ini?"
"Kita bertemu lagi bukan karena kebetulan, kita tak pernah berhenti saling kontak kan? Kurasa kita memang ditakdirkan saling terhubung." Sugara mengerling jenaka, hal yang tak pernah dilakukannya di depan wanita lain. Mungkin karena mereka bertemu bertahun -- tahun lalu sejak masih mahasiswa dan terlebih karena wanita yang saat ini ada di sampingnya itu adalah sahabat masa kecilnya meskipun gadis itu belum mengetahuinya.
Sejak Sugara tahu siapa Alisia dia berjanji untuk memperbaiki hubungan mereka.
"Maksudku bukan pertemuan kita Ray, tapi...aku tak menyangka akan bertemu Om Pramana dan Zach di sini. Mereka bekerja untukmu?"
'Ya, mereka adalah rekananku."
"Tapi Om Pramana tak pernah mau tinggal di kota."
"Kau benar. Pak Pramana tidak tinggal di Jakarta. Dia adalah penanggung jawab cabang bisnis kami di sebuah desa pegunungan. Ini dia kebetulan mengikuti acara perusahaan sekalian mengunjungi keluarganya. Dia punya keluarga di Jakarta"
"Dengan Zach juga?"