Mohon tunggu...
Amri MujiHastuti
Amri MujiHastuti Mohon Tunggu... Guru - Praktisi Pendidikan Sekolah Dasar

Pengajar, Ibu, pemerhati pendidikan anak

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

"Gendis Sugar", Kesempatan Kedua

24 Maret 2019   11:51 Diperbarui: 24 Maret 2019   12:31 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende


" Saat dia melihatku, adakah kemungkinan dia akan menduga kau adalah Sugara?" Pramana yang sebagian besar rambutnya telah memutih ikut -- ikutan tegang dengan pertemuan yang sudah dirancang sejak lama ini. Dia juga ikut bersalah dan tak tahu bagaimana caranya mengambil hati orang yang telah menerima akibat atas ketidakacuhan mereka memegang amanat. Mungkin dengan cara ini semua ganjalan di masa lalu bisa berakhir indah.


" Dia akan bertanya kabar dan kita takkan memberitahu aku adalah teman masa kecilnya." Sugara mengulangi rencananya, " Bapak Pram dan Zach bersikap wajar saja dan anggap kalian bekerja untukku dan tak ada Sugara sama sekali di antara kita saat ini, bahkan bayang -- bayangnya sekalipun. Aku harus mencari waktu yang tepat untuk memberitahunya."


"Memangnya kau pikir Gendis lalu akan jatuh cinta padamu?" kelakar Zach santai.


"Tutup mulutmu, Zach!" bentak Sugara jengkel pada adiknya. Zach tak mengerti bahwa sejak kecil ada ikatan di antara mereka. Antara Gendis dan Sugara. Meskipun terlalu dini untuk mencari tahu apakah Alisia menunjukkan tanda -- tanda memberikan hati atau simpati pada Sugara saat mereka bertemu dua tahun yang lalu, tapi sejak saat itu Sugara telah menjadi teman terbaik Gendis walau tak pernah jumpa.


Mereka berkomunikasi secara rutin bukan untuk menanyakan apakah sudah makan, atau sedang berada di mana, atau mengucapkan selamat tidur. Mereka bicara tentang impian masa depan, kebakaran hutan, perkembangan kuliahnya, tentang pekerjaan. Terakhir mereka berdiskusi tentang kesulitan Gendis menemukan pekerjaan yang pas baginya setelah di PHK dari sebuah kantor konsultan dan Sugara mengucapkan kalimat seperti, "Datanglah padaku, dan aku akan memberikanmu pekerjaan" dan hatiku.


Seseorang mengetuk pintu ruangan Sugara.


"It`s time." bisik Ali Nurdin. Membukakan pintu untuk Alisia Gendis Yahya yang datang atas undangan sahabat penanya, Ray Rahardian. Meskipun tak ada yang bisa menjamin semua karyawan perusahaannya akan memanggilnya dengan nama itu.


"Assalamu`alaikum." wajah Gendis muncul dengan balutan baju muslimah yang rapi. Sugara pangling sebab terakhir mereka bertemu Gendis belum berhijab. Mungkinkah Gendis memang sekarang berhijab, atau khusus memakai hijab untuk menemuinya.


"Alisia, senang sekali kami berjumpa denganmu." Ali Nurdin berseru agak terlalu bersemangat, mengagetkan semua orang di ruangan itu. Alisia menoleh ke arah Ali Nurdin dan mengenali wajah seseorang yang dikenalinya.


"Apakah kau Gendis?" Pramana mendekati gadis itu yang belum pulih dari kebingungan dan kekagetannya.


"Om? Om Pramana?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun