"Aku diberitahu pak Ray bahwa akan ada seorang gadis istimewa yang akan datang menemuinya. Dia menunjukkan fotomu di handphonenya dan kubilang kita saling kenal. Bagaimana kabarmu, Nak?"
"Mengapa kita berbincang sambil berdiri, bagaimana kalau sekarang kita semua duduk. Mari, Gendis. Kurasa aku harus memperkenalkan diri, namaku Zach, kau ingat padaku kan?" Zach berkata lembut dan mempersilakannya duduk di sofa di tengah -- tengah ruangan kantor itu.
Om Pramana dan Ali Nurdin memimpin mereka duduk. Zach menunggu Gendis untuk melangkah. Gendis melangkah tegap saat Sugara beranjak dari kursinya dan mengikuti semua orang untuk duduk di sofa. Sugara memilih untuk duduk di samping Gendis yang telah dikosongkan oleh semua orang.
"Bagaimana kabarmu, Gendis?" Pramana bertanya lembut.
"Aku baik, Om. Dan bagaimana kabar Om dan tante Halimah?"
"Kami semua merindukanmu dan selalu mencarimu Gendis." kata Pramana.
Pramana mengamati Gendis yang menundukkan kepalanya. Berbeda dengan saat pertama dia muncul di depan pintu dengan senyum lebar dan tatapan persahabatan, semua orang di ruangan itu dapat merasakan bahwa Gendis seperti ingin cepat pergi dari ruangan itu.
"Hei, apa kalian saling mengenal?" Sugara yang sedang berpura -- pura menjadi Ray Rahardian mencoba menenangkan keadaan.Untuk pertama kalinya  sejak datang  Gendis menatap langsung ke arahnya. Membuat Sugara juga merasa lebih rileks.Â
Gendis menatap Sugara seperti ingin mencari perlindungan. Senyumnya mengembang lebar dan tanpa dipaksakan. Sugara merasa sangat lega bahwa Gendisnya tak menangkap basah siapa dirinya di hari pertama bertemu lagi.
"Tentu saja kami saling mengenal, Pak. Gendis pernah tinggal bersama keluarga kami, benar kan, Dis? " Zach berkata pelan seolah hanya ingin Gendis sendiri yang mendengar.
"Aku dititipkan pada mereka. Orangtuaku saat itu pergi ke luar negeri."