Mohon tunggu...
Eva Trioktaviani
Eva Trioktaviani Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - EVA TRIOKTAVIANI (XII MIPA 7)

hi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ineffable

14 Agustus 2022   13:17 Diperbarui: 14 Agustus 2022   13:20 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kiara kembali turun di depan komplek dan Satria tidak banyak bertanya seperti hari kemarin. Saat kiara berjalan beberapa langkah dari gerbang komplek, hujan turun namun tidak deras, Kiara memilih untuk melanjutkan perjalanannya. Saat di depan pagar rumah Biru hujan sudah turun dengan deras dan pagar rumah terkunci.

"Biru pagarnya kekunci, Ara kehujanan," Teriak Ara di depan pagar rumah, tangannya sudah keriput dan badannya sudah menggigil.

Sedangkan Biru yang berada di dalam rumah fokus menonton televisi, ia sengaja mengunci pagar sebagai hukuman bagi Kiara. Biru sudah tahu Kiara berteriak di depan gerbang dan di luar hujan deras. Ia sempat terpikir untuk membuka gerbang namun egonya lebih besar.

"Den Biru, Non Ara kasian di luar kedinginan," ucap Mbak Ayu, pembantu di rumah.

Biru melirik jamnya sudah menunjukan pukul 8 malam artinya Kiara sudah di luar hampir 1 jam.

"Mana kunci Mbak?"

Setelah mendapatkan kunci, Biru melangkah membukakan gerbang, pertama yang ia lihat adalah tubuh Kiara yang menggigil dan tak lama kemudian Kiara jatuh pingsan. Untungnya Biru dengan sigap menahan tubuh Kiara dan membawa Kiara ke kamar.

Esoknya tubuh Kiara demam namun ia memaksakan untuk pergi sekolah dan ia baru mengetahui dari Mbak Ayu bahwa Biru yang membawanya ke kamar pada malam kemarin. Kiara harus berterimakasih dan meminta maaf karena kejadian beberapa hari lalu, ia harus mengalah.

Saat duduk di tempat biasa, Biru menatap Kiara dengan tajam sedangkan kedua orang tua Biru hanya memperhatikan. Mereka tidak mengetahui bahwa Kiara kemarin kehujanan, mereka hanya mengetahui Kiara demam karena kecapean.

"Lo gak usah sekolah,"

Kiara yang sedang mengambil nasi untuk Biru terhenti, kini matanya menatap Biru. Tak hanya Kiara namun kedua orang tua Kiara pun menatap Biru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun