Mohon tunggu...
Eva Trioktaviani
Eva Trioktaviani Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - EVA TRIOKTAVIANI (XII MIPA 7)

hi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ineffable

14 Agustus 2022   13:17 Diperbarui: 14 Agustus 2022   13:20 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"ARAA....Kaos kaki gue lo simpen dimana?!"  Teriak Biru dari kamarnya.

Kiara yang mendengar segera berlari ke kamar yang berada di sampingnya, ia mengambil kaos kaki yang biasa Biru pakai dan memberikannya kepada Biru.

Gadis cantik dengan rambut sebahunya itu tersenyum kepada Biru setelah memberikan kaos kaki.

"Lo simpen dimana?!" Tanya Biru dengan nada yang tinggi seperti hari-hari biasanya.

"Di tempat biasa Ara simpan," Jawab Kiara

"Ini gak ada yang perlu di cari lagi kan keperluan Biru?" Tanya Kiara memastikan sebelum ia keluar dari kamar Biru.

Biru menatap Kiara tajam "Gak ada, sana lo keluar,"

Setelah keluar dari kamar Biru, Kiara berjalan menuju meja makan yang berada di lantai pertama. Ia duduk di hadapan tante Citra, tak lama kemudian Biru turun dari kamarnya dan duduk di sebelah Kiara.

"Nasi goreng atau roti?" Tanya Kiara.

"Roti," Jawab Biru.

Kedua orang tua Biru yang hanya menggeleng- gelengkan kepala melihat kebiasaan anaknya yang tidak bisa di ubah itu.

"Selai cokelat atau strawbery?" Tanya Kiara lagi.

"Lo lupa gue suka selai apa?!" Tanya balik Biru. Kiara hanya menghela napas dan mulai mengoleskan selai cokelat ke roti yang akan dimakan oleh Biru.

"Bi kamu udah kelas 12, jangan apa-apa sama Ara terus," Ucap Citra yang sudah tidak tahan dengan kelakuan anak semata wayangnya.

"Dia numpang Mah, wajarlah,"

"Biru! Jaga ucapan kamu!" Ucap Farel dengan tatapan tajamnya dan seketika suasana di meja makan hening.

Kiara yang sudah terbiasa mendengar ucapan yang keluar dari mulut Biru hanya tersenyum kecut. Ini makanan sehari-hariannya, ia sudah kebal.

Biru berdiri dari duduknya dan pergi begitu saja tanpa pamit kepada kedua orang tuanya sedangkan Kiara mengikuti Biru dari belakang.

Kiara bersyukur karena ia masih mempunyai tempat tinggal walapun bukan tempat tinggal aslinya. Kedua orang tua Kiara sudah meninggal sejak ia kelas 3 sd dan Kiara di titipkan oleh kedua orang tuanya kepada Citra dan Farel. Sejak kelas 3 sd, Kiara selalu ada untuk Biru dan melakukan apapun yang Biru katakan. Sudah berulang kali pula Biru di beri tahu oleh kedua orang tuanya untuk tidak bergantung kepada Kiara, namun Biru tidak mendengarkannya.

Setelah hampir 20 menit berada di dalam mobil, Kiara dan Biru berhenti beberapa meter dari arah gerbang sekolah.

"Jangan sampe orang tahu lo tinggal sama gue dan kenal gue," Ucap Biru sebelum Kiara keluar dari mobilnya.

Kiara hanya tersenyum dan mengangguk mendengar ucapan Biru, ia sudah mendengar ucapan itu sejak ia dibangku smp.

"Iya, Ara gak akan ngomong kalau Ara kenal dan tinggal sama Biru,"

Keluar dari mobil Biru, Kiara berjalan menuju gerbang sekolah yang lumayan jauh.

Jam istirahat pertama sudah berbunyi sejak 5 menit yang lalu. Kiara dan Anna berjalan menuju kantin untuk mengisi perutnya.

Tanpa sepengetahuan Kiara ada seseorang yang memperhatikannya.

"Perasaan dari tadi lo lihat si Kiara mulu, lo suka?" Tanya Regan kepada Satria yang sedari tadi tidak memalingkan perhatiannya dari Kiara.

Satria hanya tersenyum mendengar pertanyaan Regan sedangkan Biru yang berada di meja itu menggelengkan kepala dengan mata yang tertuju kepada Kiara.

"Gak ada cantiknya," Gumam Biru dengan pelan.

"Apaan Bi, lo ngomong apa?"

Biru menaikan alisnya dan menggelengkan kepala untuk menjawab pertanyaan salah satu temannya itu.

Seteleh selesai makan, Biru dan kedua temannya pergi dari kantin karena jam istirahat segera berakhir, namun saat melangkah keluar dari kantin ada Bella yang memeluk Biru dengan kencang. Bella merupakan salah satu penggemar Biru di Angkasa ini. Biru memiliki wajah tampan di atas rata-rata dengan sifat coolnya ditambah point plus ia seorang ketua basket Angkasa namun saat di rumah Biru terbilang manja.

"Lepas,"

"Gak mau...Ayo makan temenin aku," Ucap Bella dengan nada manjanya.

Dengan satu hentakan lengan Bella terlepas dari Biru dan Biru pergi dari hadapan Bella serta kedua teman Bella.

Jam pelajaran terakhir sudah berakhir sejak 10 menit yang lalu. Kiara berjalan ke arah halte untuk menunggu bus selanjutnya. Hari ini Biru ada latihan basket sehingga ia tidak bisa pulang bersama Biru.

Sudah setengah jam Kiara menunggu bus namun bus selalu penuh dan tidak bisa Kiara naiki. Tak lama ada sebuah motor yang berhenti di hadapan Kiara.

"Belum pulang Ra?" Tanya sang pengendara yang ternyata Satria, teman dekat Biru.

Kiara menggeleng dan tersenyum.

"Udah sore, gue anter pulang," Ucap Satria kembali.

Kiara melihat ke arah gerbang dan tepat mobil Biru keluar dari arah sekolah, namun Biru tidak berhenti seperti yang Kiara harapkan.

"Jangan terlalu banyak berharap Ra, mana mungkin dia mau hubungannya di umbar," Gumam Kiara diikuti helaan napas.

Kiara menatap Satria yang sedari tadi memperhatikanya dan berakhirlah Kiara di atas motor Satria.

Kiara berhenti di depan komplek karena jika ia membiarkan Satria mengantarkan sampai depan rumah, urusan dengan Biru pasti akan panjang.

"Komplek lo sama kaya si Biru, lo kenal Biru?" Tanya Satria sebelum pergi.

"I..iya gue tahu, tapi gue gak terlalu kenal sama Biru," Jawab Kiara dengan senyum manisnya.

"Beneran gak dianter sampai depan rumah nih?"

"Gak usah, by the way makasih ya udah mau nebengin gue,"

"Santai, kalau besok butuh tebengan lagi, cari gue aja," Kiara tersenyum menanggapi ucapan Satria.

Setelah Satria menghilang dari pandangannya, Kiara berjalan menuju rumah Biru. Enaknya dianter sampai depan rumah, tapi jika Kiara diantar sampai depan rumah akan ada omelan yang tiada henti dari Biru pastinya. Sesampainya di rumah ia mendapatkan tepukan tangan dari Biru yang berada di kursi sedang menonton televisi.

"Bagus! Lo pulang sama temen gue!"

"Hah?" Kiara belum paham dengan maksud Biru.

"Lo pulang bareng Satria dan nunjuk rumah gue?"

"Tuh kan, dianter sampai depan komplek aja udah ngomel," gumam kiara pelan.

Kiara menggeleng , "Ara gak di antar Satria sampai depan rumah dan Satria gak tau rumah ini,"

"Lo ngasih tau ke temen gue kita satu rumah," Simpul Biru dengan sekenanya.

"Ara gak kasih tau kita satu rumah Biru," Geram Kiara.

Mata Kiara dan Biru saling menatap, ini bukan pertama kalinya bagi mereka salah paham seperti ini.

"Ga ada akhlak lo, udah numpang!" Ucapan Biru kali ini membuat kiara kesal dan ingin menampar mulut Biru itu.

"Gue ada akhlak, lo yang gak ada akhlak!!" Ucap Kiara dengan suara yang tinggi dan bergetar.

Kiara segera pergi ke kamarnya. Jika tidak pergi, maka bisa-bisa Kiara menampar mulut Biru yang tidak akhlak itu, bukan Kiara yang tidak punya akhlak namun Biru.

Biru yang melihat Kiara pergi ke kamarnya semakin jengkel dan kesal dalam satu waktu, rasanya ia ingin marah-marah kepada Kiara yang berani beraninya di antar oleh Satria, teman dekatnya.

***

Pagi cerah secerah hati Kiara, hari ini ia harus memulai hari yang cerah untuk mencari pekerjaan paruh waktu karena tidak selamanya ia bergantung kepada keluarga Biru. Sejak pagi pun tidak ada teriakan Biru yang menyuruh Kiara menyiapkan peralatannya seperti biasa, mungkin Biru masih kesal kepada Kiara, pikir Kiara.

Saat Kiara sedang merapihkan rambut, ponselnya berdering ada telpon masuk dari Anna, Anna memberi tahu bahwa ada sepupunya yang sedang membutuhkan waiters di cafe dekat sekolah. 

Kiara tersenyum melihat dirinya di cermin, jika kita benar benar menginginkan sesuatu maka akan selalu ada jalannya.

Kiara berjalan ke arah meja makan untuk sarapan dan untuk meminta izin kepada kedua orang tua Biru yang sudah Kiara anggap orang tuanya juga. Disana sudah ada Biru yang duduk di tempatnya, namun Kiara menghiraukan keberadaan Biru dan fokus dengan tujuannya.

"Tante, Ara izin kerja paruh waktu di cafe sepupu Anna ya," Ucap Kiara dengan senyun manisnya.

"Gak usah kerja dulu Ra, kamu siap-siap ujian aja,"

"Ara gak mau ngerepotin dan bergantung sama tante dan om terus, Ara bisa atur waktu, janji,"

"Dari dulu kek nyadar," gumam Biru yang masih terdengar oleh Kiara.

"Yaudah boleh, asal jangan ganggu waktu belajar kamu," Ucap Farel final. Kiara menanggapinya dengan hormat.

Setelah sarapan Kiara pergi ke cafe dekat sekolahnya, ia tidak banyak ditanya-tanya karena pemilik cafe ini adalah sepupu sahabatnya  dan hari ini pula Kiara langsung bekerja.

Untuk ukuran pemula Kiara cukup handal dan cepat mengerti, point plus Kiara.

"Ra, pergi ke meja 19 gue ke meja 23," Ucap Andri senior Kiara.

Kiara dengan sigap menuju meja 19 dan meja yang Kiara datangi adalah meja Biru dan kedua temannya.

Satria yang melihat Kiara tersenyum dengan manis sedangkan Biru memalingkan wajahnya.

"Kiara lo kerja di sini?" tanya Regan kaget dan dijawab dengan anggukan oleh Kiara.

Tidak mau berlama-lama di meja Biru karena ia dan Biru sedang perang dingin, Kiara segera menulis pesanan meja 19 itu.

"Lo mau apa Bi?"

"Sup tanpa tomato and wortel, moccacino jangan banyak gula jangan sedikit gula," Ucap Biru dengan senyum devilnya.

Kiara menulis pesanan Biru, ia tahu bahwa Biru sedang mengerjakannya dan ia tahu bahwa Biru tidak bisa memimun moccacino seperti pesanannya itu.

Sepeninggalannya Kiara, Regan menatap Biru yang sedang tersenyum devil sedangkan Satria masih setia menatap Kiara.

"Tumben reqwest, ada angin apa?"

***

Pukul 6 sore Kiara keluar dari cafe yang seharian ini ia jadikan tempat bekerja. Kiara tidak mungkin meminta Biru untuk menjemputnya karena pasalnya ia dan Biru sedang marahan. Sudah beberapa kali Kiara memesan gojek namun selalu di cancel dan berakhirlah Kiara di atas motor Satria untuk kedua kalinya karena saat mencari gojek dan taksi tiba-tiba satria datang dan menawari tumpangan ditambah dengan cuaca yang sebentar lagi akan turun hujan.

"Lo pake jaket gue dulu, baju lo nanti basah kena hujan," Ucap Satria dan memberikan jaketnya.

Kiara menatap jaket yang di berikan Satria dan semenit kemudian jaket itu sudah terpakai oleh Kiara. Kiara tidak ingin berlama-lama berdebat karena jika ia menolak pasti akan panjang perbincangan jaket itu.

Kiara kembali turun di depan komplek dan Satria tidak banyak bertanya seperti hari kemarin. Saat kiara berjalan beberapa langkah dari gerbang komplek, hujan turun namun tidak deras, Kiara memilih untuk melanjutkan perjalanannya. Saat di depan pagar rumah Biru hujan sudah turun dengan deras dan pagar rumah terkunci.

"Biru pagarnya kekunci, Ara kehujanan," Teriak Ara di depan pagar rumah, tangannya sudah keriput dan badannya sudah menggigil.

Sedangkan Biru yang berada di dalam rumah fokus menonton televisi, ia sengaja mengunci pagar sebagai hukuman bagi Kiara. Biru sudah tahu Kiara berteriak di depan gerbang dan di luar hujan deras. Ia sempat terpikir untuk membuka gerbang namun egonya lebih besar.

"Den Biru, Non Ara kasian di luar kedinginan," ucap Mbak Ayu, pembantu di rumah.

Biru melirik jamnya sudah menunjukan pukul 8 malam artinya Kiara sudah di luar hampir 1 jam.

"Mana kunci Mbak?"

Setelah mendapatkan kunci, Biru melangkah membukakan gerbang, pertama yang ia lihat adalah tubuh Kiara yang menggigil dan tak lama kemudian Kiara jatuh pingsan. Untungnya Biru dengan sigap menahan tubuh Kiara dan membawa Kiara ke kamar.

Esoknya tubuh Kiara demam namun ia memaksakan untuk pergi sekolah dan ia baru mengetahui dari Mbak Ayu bahwa Biru yang membawanya ke kamar pada malam kemarin. Kiara harus berterimakasih dan meminta maaf karena kejadian beberapa hari lalu, ia harus mengalah.

Saat duduk di tempat biasa, Biru menatap Kiara dengan tajam sedangkan kedua orang tua Biru hanya memperhatikan. Mereka tidak mengetahui bahwa Kiara kemarin kehujanan, mereka hanya mengetahui Kiara demam karena kecapean.

"Lo gak usah sekolah,"

Kiara yang sedang mengambil nasi untuk Biru terhenti, kini matanya menatap Biru. Tak hanya Kiara namun kedua orang tua Kiara pun menatap Biru.

"Kenapa?"

"Gak usah ya gak usah!" Ucap Biru kembali dengan nada tingginya.

"Ara mau sekolah, hari ini ada ulangan,"

"Lo prioritasin ulangan dari pada kesehatan lo? Bodoh," Ucap Biru ddengan pedas.

Kiara akhirnya mengalah ia hari ini tidak masuk sekolah dan istirahat di rumah. Maksud Biru baik, namun kata-katanya itu menyakitkan jika di dengar.

Seharian Kiara berdiam di kamar walaupun tidak masuk sekolah ia tetap belajar dengan buku-buku yang ada di kamarnya. Hobby Kiara itu belajar, jika sehari saja tidak belajar maka ada sesuatu yang kurang.

***

Sepulang sekolah, Biru di minta tolong oleh Citra, mamanya untuk membeli obat pereda demam dan bubur. Berakhirlah kini Biru di apotik, pikirannya menolak membeli obat untuk Kiara namun tubuhnya berkata sebaliknya.

"Obat yang mana kak?" Tanya petugas apotik dengan berbagai obat di tangannya.

"Semua aja Mbak," Jawab Biru setelah berpikir untuk membeli obat yang cocok karena ia tidak pernah pergi ke apotik selama hidupnya dan sedari tadi Ibu-Ibu di belakang sudah mengatai dan menghujat Biru yang terlalu lama mikir.

Setelah membeli obat, Biru membeli bubur dengan banyak varian karena ia tidak tahu apa yang biasa Kiara pesan jika membeli bubur.

Biru memasuki kamar Kiara dan Sang Empu sedang tertidur dengan pulas. Kaki Biru melangkah menuju samping tempat tidur Kiara, ia menatap wajah Kiara yang cantik dan polos saat tertidur. Tiba-tiba mata Kiara terbuka dan dengan cepat Biru berjalan ke arah pintu kamar Kiara, namun keberadaannya terlebih dahulu diketahui oleh Kiara.

"Biru ngapain di kamar Ara?"

"Gue beli obat sama bubur titah Kanjeng Ratu, abisin!"

Kiara melihat bubur yang begitu banyak dan obat yang tak kalah banyaknya.

"Biru beli obat sama bubur sebanyak ini?"

"Buru makan, gak usah banyak ngomong, abisin! Harga diri gue dipertaruhkan beli obat lo!"

Kiara tersenyum dan ia memakan bubur juga obat yang dibutuhkan oleh tubuhnya.

***

Week-End waktu untuk beristirahat.

Kiara sedang membersihkan kolam renang bersama Mbak Ayu namun pekerjaannya terhenti ketika mendengar teriakan Biru.

"ARAAAA!!"

Kiara mengeluh panjang ketika mendengar teriakan Biru, dengan cepat ia berlari ke kamar Biru namun yang ia lihat hanya keadaan kamar yang sangat berantakan kemudian Kiara melangkah ke arah kamarnya dan keadaan kamarnya pun tak jauh dari keadaan kamar Biru. Kiara benci sesuatu yang berantakan dan dengan lancang Biru memporak porandakkan kamarnya padahal ia sudah memberi tahu bahwa kamarnya tidak boleh di berantaki oleh Biru, namun kiara kembali ingat bahwa setiap orang akan melakukan apa yang tidak disukai oleh Kiara. Salah satu orangnya yaitu Biru.

"Kenapa jaket gue ada di kamar lo?!"

Kiara menatap tajam Biru, niat untuk memarahi Biru namun terlambat karena Biru yang kini memarahi Kiara. Kini pandangan kiara beralih kepada jaket yang sedang digenggam oleh Biru.

"Gue cari-cari jaket ini, kenapa ada di kamar lo?! Lo tahu kan ini jaket gue!"

Kiara menghela napas mendengar ucapan Biru ia baru ingat bahwa jaket yang Biru genggam saat ini merupakan jaket Satria yang beberapa hari lalu dipinjamkan dan ia lupa mengembalikannya.

Salah paham, lagi.

Jaket Satria dan Biru memang sama karena mereka satu perkumpulan di sekolah.

"Itu jaket Satria Bi, gue di pinjemin beberapa hari yang lalu,"

"Gak percaya! lo nyolong jaket gue? Kurang jaket lo yang udah orang tua gue beli?"

Kiara dengan refleks menampar Biru, oke salah satu keinginan menampar Biru akhirnya tercapai oleh Kiara.

Biru membulatkan matanya, berani beraninya Kiara menampar dirinya sedangkan Kiara tidak tahu apa yang barusan ia lakukan dengan kerefleksanya namun ada rasa kepuasan tersendiri di dalam hatinya.

"So..sory,"

"Berani beraninya lo nampar gue!"

"Lo emang gak tau kata terimakasih Ra, lo udah rampas kasih sayang orang tua gue, lo udah numpang, lo di kasih makan, di kasih atap untuk lo istirahat, bersyukur! Apa apaan lo nampar gue hah!!" ucap Biru dengan mata tajamnya.

Mata Kiara memerah dan tak terasa cairan bening keluar dari mata indah  Kiara, ia sudah berjanji untuk tidak menangis sejak ia tinggal di rumah ini namun pertahanannya runtuh hari ini.

Biru melangkah keluar, sebelumnya ia melempar vas yang berada di dekatnya.

Setelah Biru keluar dari kamarnya, tubuh Kiara runtuh dengan tangis yang tak bisa di tahan lagi. Ia seharusnya tidak menampar Biru, ia masih menumpang di rumah Biru dan seharusnya ia sadar diri, pikir Kiara.

***

Kembali senin, sudah hampir satu bulan Kiara dan Biru tidak saling berbicara jika bertemu pun Biru akan menghindar, saat Biru memerlukan sesuatu ia akan melakukan sendiri atau di bantu Mbak Ayu. Contohnya saat Kiara melihat Biru yang memarahi Mbak Ayu karena tidak tahu letak sepatu yang biasa Biru pakai dan saat Kiara akan membantu Biru memilih memakai sepatu yang Mbak Ayu bawa. Kedua orang tua Biru tidak mengetahui masalah anaknya karena mereka sedang ada pekerjaan di luar kota yang memakan waktu satu bulan.

Saat melangkah menuju meja makan Kiara mengurungkan langkahnya karena disana ada Biru, ia tidak ingin seperti hari- hari sebelumnya dimana ia yang sarapan dan Biru memilih untuk tidak sarapan. Hari ini ia lagi-lagi mengalah untuk Biru.

Cuaca hari senin sangat panas, Kiara seperti di jemur di lapangan padahal senin ini seperti hari-hari biasanya namun bagi Kiara senin kali ini berbeda, ia seperti disorot oleh sinar matahari. Dengan keadaan perut yang kosong dan terkena langsung dengan sinar matahari membuat kepala kiara serasa berputar dan berakhirlah kiara jatuh pingsan untuk pertama kalinya selama ia sekolah.

Biru yang tak jauh dari Kiara, segera berlari dan dengan refleks membawa Kiara ke uks. Warga Angkasa terheran heran dengan sikap Biru yang cepat membawa Kiara ke uks karena biasanya sikap Biru akan acuh jika melihat orang yang pingsan walaupun orang itu berada di hadapannya.

Setelah selesai upacara, Biru memilih melihat keadaan Kiara terlebih dahulu dan saat Biru datang mata Kiara terbuka. Keduanya saling menatap hingga salah satu anggota PMR Angkasa memutus pandang Kiara dan Biru.

"Bi, thanks lo udah bawa gue ke uks," Ucap Kiara dengan lemah.

"Sarapan, jangan sok kuat badan lo gak kuat,"

Kiara hanya tersenyum mendengar ucapan Biru.

Tak lama setelah kejadian Biru yang membawa Kiara ke uks, Angkasa seketika gempar dengan gosip Biru dan Kiara yang berpacaran. Kejadian pingsan dan ditambah dengan foto Kiara yang sedang keluar dari mobil Biru , entah dari mana foto tersebut awal mula tersebarnya.

Selepas beristirahat di uks Kiara kembali ke kelas dengan Anna, ia harus menutup rapat-rapat telinganya karena sepanjang jalan menuju kelas banyak sekali yang mengatai Kiara.

"Sabar ya Ra, lo harus kuat," Ucap Anna menyemangati Kiara.

Pulang sekolah Kiara memilih untuk naik taksi sebab ia ditinggal oleh Biru. Kiara kira Biru sudah memaafkannya namun nyatanya belum.

Selama dirumah, Kiara dan Biru masih saling berdiam diam, saat makan malam pun hanya suara garpu dan sendok yang memenuhi meja makan.

***

Sudah 4 hari dari kejadian pingsan, kini kedua orang tua Biru sudah pulang dari pekerjaan luar kotanya dan dengan otomatis Kiara kembali berangkat sekolah bersama Biru.

Saat Kiara menuju kelasnya tiba-tiba ada yang mendorong pundaknya dan saat itu Biru melihat namun ia memilih tidak ikut campur seperti hari senin yang lalu.

"Lo deket sama si Biru?" tanya Bella teman satu kelas Biru dan orang yang selalu mendekati Biru walau Biru tidak menganggap Bella ada.

"Enggak," jawab Kiara tanpa berpikir.

"Awas lo deket-deket my Biru! Gue tumpahin air baso di baju lo!"

Kiara mengehela napas. Bella dan kawan-kawannya pun pergi sedangkan Kiara kembali melanjutkan langkahnya menuju kelas.

Bel istirahat, Kiara dan Anna berjalan menuju kantin namun saat melangkah menuju meja yang dipilih Anna, Kiara di sembur oleh air baso yang untungnya sudah tidak terlalu panas oleh Bella da seketika Kiara dan Bella di kerumuni oleh warga Angkasa.

Biru yang melihat itu segera berjalan dengan cepat ke arah Kiara, ia segera menutupi seragam Kiara yang sudah terkena air baso dengan tubuhnya.

"Lo punya mata?" Tanya Biru kepada Bella dengan mata tajamnya dan nada dinginnya "Jangan ganggu Kiara!"

Biru menarik lengan Kiara dan membawanya ke arah parkiran Angkasa. Biru memberikan hoodie yang selalu ia bawa kepada Kiara.

"Lo tau cara ngebela diri? Lo gak bodoh kan Ra?"

Kiara hanya menatap Biru tanpa menajwab, ia rasanya ingin menangis dan memeluk seseorang.

"Ganti baju lo, lo bau," Ucap Biru sebelum pergi.

Kiara menangis diringi senyum yang mengembang, entah menangis karena sedih atau bahagia.

Setelah mengganti pakainnya dengan hoodie, Kiara kembali ke kelasnya dan menemui Anna yang sedari tadi  mencarinya.

"Lo dari mana Ra? Si Bella marah marah di kantin gila,"

Kiara hanya tersenyum dan mengalihkan pembicaraan, ia tidak ingin mengingat kejadian beberapa jam yang lalu.

Pelajaran terakhir sudah berakhir beberapa menit lalu, kini Kiara sedang melangkahkan kakinya menuju cafe untuk melakukan kerja paruh waktunya. 2 bulan kedepan ia akan di sibukkan dengan ujian nasional dan Kiara akan menggantinya dengan minggu-minggu sekarang.

Sesampainya di cafe Kiara menuju ruang Mas Rafa, sepupu Anna untuk meminta izin tidak bekerja selama ujian nasional dan beberapa minggu sebelum ujian nasional.

Di luar hujan dengan deras, Kiara menghela napas. Jam kerjanya sudah berakhir dan Kiara terdampar di dalam cafe menunggu hujan reda. Setelah menunggu setengah jam dan hujan tidak reda-reda Kiara memutuskan untuk nekat mencari angkot yang sangat jarang ada.

Saat keluar dari cafe Kiara di kejutkan dengan sosok Biru yang menatapnya tajam. Sejak kapan Biru berada di sini?

"Lo lama, buru naik,"

"Hah?" Tanya Kiara yang masih tidak menyangka Biru menjemputnya.

Setelah sadar dengan lamuannya ia segera berlari menuju mobil Biru.

"Biru tumben jemput Ara,"

"Di paksa Kanjeng Ratu," Ucap Biru dengan datar.

Kiara membisik ke hatinya untuk tidak terlalu berharap kepada seseorang apalagi spesies Biru.

"Sory nunggu lama, Ara kira Biru gak jemput Ara,"

"Hm,"

***

Ujian Nasional sudah berakhir, Kiara mengangkat kedua tangannya ke atas setelah keluar dari ruangan. Selama ujian nasional Biru masih melakukan kebiasannya yaitu menyuruh Kiara mencari dan melakukan apa pun yang Biru inginkan. Seperti,

"ARAAA seragam gue lo simpen dimana?!"

"ARAAAA sepatu hitam gue!"

"ARAA buku gue dimana?!"

Dan masih banyak teriakan Biru yang membuat Kiara mengeluh setiap paginya.

Kiara sudah memikirkan untuk meninggalkan rumah yang ia tempatai saat ini dan hidup mandiri dengan uang yang ia miliki. Selepas kelulusan nanti, Kiara akan pergi dari rumah.

***

Kemarin hari kelulusan, hari ini Kiara akan pergi dari rumah Biru dan memulai hidup mandirinya. Kedua orang tua Biru saat pertama kali mendengar rencana Kiara mereka melarang Kiara meninggalkan rumah, namun Kiara memberi penjelasan dan kedua orang tua Biru tidak bisa menahan Kiara. Sedangkan Biru, ia tidak mengetahui bahwa Kiara akan pergi dari rumahnya karena satu minggu ini lelaki itu sering menghabiskan waktu bersama teman-teman sekolah menengah atasnya.

Kiara membawa koper menuju ruang keluarga, namun langkahnya terhenti ketika Biru berjalan ke arahnya.

Biru melihat koper Kiara kemudian menatap Kiara dan menaikan alisnya.

"Ara mau pergi dari rumah ini Bi, Ara gak akan rampas kasih sayang orang tua Biru lagi, maaf Ara udah buat orang tua Biru ngebagi kasih sayangnya ke Ara," Ucap Kiara dengan senyumannya.

Biru hanya menatap Kiara dengan datar.

"Ara gak akan numpang lagi di rumah Biru, sehat-sehat ya Bi, sorry kalau Ara bikin Biru jengkel," Ucap Kiara kembali."

Tidak ada yang ingin dikatakan lagi, Kiara menatap Biru kembali setelah beberapa detik menunduk karena tidak ada respon dari Biru.

"Lo, pergi?"

Kiara hanya tersenyum mendengar pertanyaan Biru, ia sudah mengatakannya tadi.

"Sehat-sehat Bi, Ara pamit. Sampai bertemu di lain kesempatan,"

Biru secara tiba-tiba memeluk Kiara dan Kiara membulatkan matanya. Biru itu spesies yang manja, cool, romantis, sombong, ber-ego. Kiara tahu jika ia pergi dari rumah ini, maka kebiasaan Biru pun harus berubah .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun