Sesungguhnya hal tersebut tidak aneh, apabila kita mempelajari apa yang disebut "Tuhan-Tuhan Virtual." Para robot pintar itu dianggap mampu membimbing amarah menuju ketenteraman. Godaan berawal, tatkala ”kemurnian godaan” untuk memencarkan tubuh yang memikat.
Selanjutnya, tanda efektivitas khutbah, yaitu robot pendeta, biksu, rabi, dan ulama mampu menghitung, merekam, dan menyatakan pendapat yang berbeda .
Tetapi, saya sadar, bahwa dari kelahiran saya ditandai kilatan godaan dan nurani yang terkutuk bagi kegelapan jiwa. Robot pendeta, biksu, rabi, dan ulama dengan kemampuannya untuk membersihkan noda-noda yang melekat di jiwa.
Lompatan tubuh robot pendeta, biksu, rabi, ulama, dan lainnya dalam kecerdasan artifisial (Artitificial Intelligence) menjadi rujukan yang menggoda pemikiran.
Petuah-petuah agung yang disampaikan oleh robot pendeta, biksu, rabi, dan ulama dari doktrin-doktrin agama serupa dengan ajaran sebelumnya. Kebenaran yang diseru oleh robot pendeta, biksu, rabi, dan ulama muncul ketika nafsu yang menawan seiring dengan daya hidup dimatangkan dalam godaan.
Berkaitan dengan ajaran ketuhanan dalam dua bentuk dunia, yaitu “dunia otentik” dan “dunia topeng.” Kedua bentuk dunia telah dipreteli oleh mekanisme penampakan ganda dari dirinya sendiri.
Robot pendeta, biksu, rabi, ulama, dan lainnya disebut dengan "juru bicara Tuhan yang tersibernisasi" sebagai rezim kebenaran di bidang agama. Kata lain, juru bicara Tuhan dari robot pendeta, biksu, rabi, dan ulama diharapkan bukan sebagai pemegang tunggal kebenaran seantero jagat.
Dunia otentik berpikir dan berbicara dalam kehangatan non inderawi. Satu-satunya pikiran pemabuk yang membelenggunya adalah dunia yang diketahui tanpa akal dan nurani.
Kita dapat mereguk kehidupan dan kemandirian atau kebebasan meniru yang alami dan murni. Jika robot pendeta, biksu, rabi, ulama, misalnya, terpancarkan dari sumber yang memberikan kepastian dalam kehidupan.
Saya meyakini, bahwa tidak ada satu kesadaran total, murni dan absolut dari mesin, kecuali kebebasan manusia tanpa kekerasan teks suci dan bahasa.
Meskipun ada suatu gejolak di dalam jiwa yang memalukan atau mencibiri akal dan nurani, berarti ia telah terperosok kedalam titik dan jurang kesamaran obyek berlipat ganda. Setelah kita berhasil memerangi tipu muslihat dari ’kebenaran bertopeng’ yang nyaris sempurna, maka mesin-mesin akan menjajal kemampuan dan merampas kebebasan kita.