Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

Mesin yang Mengubah Dunia

1 April 2024   16:55 Diperbarui: 20 Januari 2025   10:17 1689
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Robot Manusia (sumber gambar: dokpri)

Tanpa memahami ilusi yang menghantui mimpi, tidak ada peniadaan di dalam kehidupab. Robot pendeta, biksu, rabi, dan ulama menjadikan kesadaran diri terhakimi intuisi intelektual. Bahwa tidak lama pergerakan, gambar dan situasi menghadapi kekerasan godaan, ketika robot pendeta, biksu, rabi, dan ulama bersama kita menyambut pergolakan internal yang menggelincirkan kesangsian dan mengusik ketenangan batin atau kedamaian.

Saya sadar atas sesuatu selama itu bukan diri esensi saya, atau dunia saya. Dalam realitas bukan demi sebuah penilaian dan penciptaan diri dari topeng, maka robot pendeta, biksu, rabi, dan ulama bakal membantu kita melihat sesuatu terjadi di zaman yang telah berubah.

Tetapi, saya tersekat dalam kesadaran, bahwa dunia luar sangat berjasa memompa Perasaan yang terselimuti sensasi internal yang kering atau bukan sama sekali permainan citra suara sebagai kekerasan godaan diri.

Demikian juga kehendak dunia, banyak orang mengimpikannya sebagai sesuatu landasan untuk memenuhi dan menghilangkan ketidakpastian kehidupan dan dunia fana itu sendiri. 

Telah lama juga dalam pengetahuan manusia, bahwa kita akan terus-menerus mencari, menemukan, mencaci, dan memuji kekuatan pikiran yang hanya dapat dipahami pikiran itu sendiri.

Ia jauh lebih dikenal untuk menangkap kebenaran dan kesalahan, memajukannya untuk memahami dunia secara lebih dekat dengan representasi sesuai dengan rencana, keinginan dan tujuan yang mereka impikan. Antara godaan dan nurani, dimana robot pendeta, biksu, rabi, dan ulama memisahkan diri dari kenikmatan tanpa akhir dari benda-benda dan kenikmatan spiritual. 

Ide yang tak terbatas itu disebut kecukupan pada pikiran yang juga tidak racuni oleh kelicikan melalui robot pendeta, biksu, rabi, dan ulama.

Meskipun robot pendeta, biksu, rabi, dan ulama membentuk kesadaran artifisial melalui pengalaman atau idera. 

Setiap saat kita mengintai dan tercampuk kesadaran akan tidak hilang, melainkan aliran godaan tidak ada menjadi ”beban pikiran” di tengah kehampaan makna. Robot pendeta, biksu, rabi, dan ulama akan berbicara tentang tubuh membutuhkan makan, minum, haus dan lapar.

Robot pendeta, biksu, rabi, dan ulama juga hidup antara manusia dan binatang atau lingkungan lainnya. Khusus intuisi intelektual, oleh robot pendeta, biksu, rabi, dan ulama akan berbicara tentang binatang, bahwa jangankan dipikirkan, dibayangkan pun tidak datang dari jiwa binatang. 

Saya akan memahami diri saya sendiri terjebak dengan impresi dan ekspresi, jiwa dan tubuh yang tidak direpresentasikan oleh godaan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun