Meskipun robot pendeta, biksu, rabi, dan ulama membentuk kesadaran artifisial melalui pengalaman atau idera.
Setiap saat kita mengintai dan tercampuk kesadaran akan tidak hilang, melainkan aliran godaan tidak ada menjadi ”beban pikiran” di tengah kehampaan makna. Robot pendeta, biksu, rabi, dan ulama akan berbicara tentang tubuh membutuhkan makan, minum, haus dan lapar.
Robot pendeta, biksu, rabi, dan ulama juga hidup antara manusia dan binatang atau lingkungan lainnya. Khusus intuisi intelektual, oleh robot pendeta, biksu, rabi, dan ulama akan berbicara tentang binatang, bahwa jangankan dipikirkan, dibayangkan pun tidak datang dari jiwa binatang.
Saya akan memahami diri saya sendiri terjebak dengan impresi dan ekspresi, jiwa dan tubuh yang tidak direpresentasikan oleh godaan.
Tangan saya akan terasa panas ketika disentuh api sebagai ekspresi visual, tetapi ia terbatas dari persepsi indera, kecuali aliran godaan melalui tubuh. Pengetahuan robot pendeta, biksu, rabi, dan ulama berusaha tidak hanya terbatas pada ketidakcukupan situasi aktual.
Memang betul, robot pendeta, biksu, rabi, dan ulama cukup menandani gairah hidup, ketika manusia menghadapi sebuah teka-teki, membentangkan kebebasan, dan imajinasi. Saya pikir, robot pendeta, biksu, rabi, dan ulama akan melihat dirinya dalam ruang bercahaya terang dan suara nurani yang berada di teriknya malam dan gelapnya siang hari.
Menuntun penglihatan dan mawas diri, pelacakan dan penciuman terlacak oleh kepala robot manusia. Adakah teka-teki yang tersembunyi di balik robot manusia?
Belum pasti, namun bukan teka-teki yang menyiksa dunia batin, kecuali ketergesa-gesaan dalam pilihan. Ketidaktahuan seseorang, termasuk ’aku’ esensial, di dalam kepala robot manusia tanpa ketergesa-gesaan, kecerobohan, dan kecemburuan terlibat dalam menggoda suatu kebenaran intuitif.
Lihatlah! Mengapa manusia berlari ke dunia lain dan dia dicari dari sebuah perenungan filosofis dan religius.
Robot pendeta, biksu, rabi, ulama, dan sejenisnya akan berkhutbah tentang kelahiran nafsu yang menggoda. Di sana, manusia tergoda dan menaklukkan dirinya sendiri.
Binatang rasional yang kita lihat suatu saat mencapai derajat kemuliaan bagi kehidupan. Ia melayang-layang tanpa batas, kecuali keingintahuan anak kecil yang bebas di alam terbuka.