Mengambil salah satu nilai ganda yang memperlambat aliran beritanya agar tidak menyerang dirinya dengan residu informasi.
Baruch Spinoza mengambil garis dan permukaan terhadap tubuh yang terjalin kelindang  dengan hasrat.Â
Spinoza menyatakan cara keluasan berupa tubuh dan pikiran menunjukkan cara pemikiran. Nyaris Spinoza tidak menyinggung hasrat antara tubuh dan pikiran.Â
Hasrat menandai pergerakan dari tertundanya satu pikiran ke pikiran lainnya di balik tubuh. Dari sini, pengetahuan tentang tubuh sama pentingnya dengan hasrat.Â
Spinoza percaya tentang pikiran dan tubuh dalam relasi timbal-balik. Saya kagum pada tubuh, terlepas apakah ia terjalin kelindang dengan hasrat.
Untuk mempertahankan keutuhan esensinya, hasrat mesti bebas dari rujukan, pengulangan boros, dan replikasi. Hasrat juga telah keluar dari perangkap ‘teks’ atau ‘ketidakhadiran pesona’ dari tubuh, sensasi melalui mata, dimana tubuh bisa dilacak dengan jejak-jejak. Desiran-desiran nafsu keluar dari pikiran ke arah tubuh, yang teralokasir dalam kesenangan.
Kelebihan isapan jempol atas pengetahuan tentang tubuh tidak lebih dari hasrat revolusioner ala Deleuzean. Hasrat-hasrat molekuler Gilles Deleuze menuju titik kedalaman kesadaran yang kosong.Â
Nah, pengetahuan bertugas untuk mengurai teka-teki antara pemindahan dan pemutusan bukti-bukti. Jangankan benda-benda, mimpi dan khayalan menjadi obyek pengetahuan.
Pengetahuan yang tidak terjebak dalam keteraturan pengamatan dan verifikasi.
Atas nama pengamatan mata telanjang terhadap bulan sabit dianggap memiliki titik celah dari pengetahuan tentang bentuk, letak, dan jarak yang terhitung atau terukur mengiringi permukaan benda-benda.Â
Tetapi, saat pengetahuan menangkap kedalaman hasrat sebelum darah mengalir keluar melebihi titik permukaan di balik permainan tanda. Saya sadar, sebagian membuat orang puyeng dan sebagian mengamini ‘arkeologi pengetahuan’ Michel Foucault. Anda tahu kan tentang pilihan?