Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Tidak Ada Kisah Reformasi dalam Kenetralan Peristiwa

3 Mei 2023   13:15 Diperbarui: 23 Februari 2025   22:04 521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejarah politik kuasa bukan hanya dalam pengertian tidak harus dipahami sebagai kompilasi suksesi faktual, tetapi suatu peristiwa tentang kelahiran nalar. 

Dalam peristiwa aktual, politik kuas dimungkinkan selalu ada bagi wilayah ingatan kita yang paling kuat, paling waspada, dan paling rentan. 

Tetapi, ia juga saling menyilang dengan pengingatan dan kelupaan. Selama ingatan yang terjaga, maka orang-orang akan mengarahkan kembali pada pemikiran mengenai urutan kronologis, suksesi, dan peristiwa baru.

Sementara, peristiwa yang lain akan membentuk rangkaian zaman yang berbeda. Satu dari fase kejatuhan ke fase kebangkitan, dari rangkaian linear ke rangkaian lingkaran. Peristiwa telah menyebabkan hilangnya milik mereka sendiri, sepanjang mereka apa yang betul-betul unik dan hal-hal apa yang diingat peristiwa yang muncul dari belakang kita.

Atas nama perubahan, akhir dari struktur kesadaran menerima ingatan melalui ketelitian yang terlunasi sebagai satu-satunya cara penyembuhan dibalik kematian nalar. Berbagai reputasi gemilang atas nalar dan kekerasannya adalah keadaan yang runyam begitu sulit memperbaharui kembali. 

Pergerakan darah dan sel-sel syaraf dari replikasi alam, mereka hadir bukan di tengah kegoncangan hidup diantara ketidakhadiran gairah yang fantastis. 

Permainan kebenaran nampak di akhir dari kebenarannya sendiri. Kebenaran dari peristiwa bukanlah hipotesis, difragmentasi dengan kertas tanpa tinta di hadapan pembajak demokrasi.

Tatkala berpikir sederhana, kita mesti bertanggungjawab atas pemecatan tatanan dunia, tiba-tiba menyelinap dalam pencampur-adukan persfektif dan tatanan. Ia laksana duri dalam daging membuahkan rasa sakit.

Sesungguhnya hasrat massa melebihi kebebasan sebelum menit-menit terakhir ilusi. Kita mungkin menghadapi tantangan dunia baru yang diiringi dengan perubahan instan yang pincang akibat niat busuk. 

Belum lagi, kepura-puraan dan kritisisme ternyata anti kritik. Karena retorika yang mentah mengumbar gambar melalui posisi tawar yang tinggi.

Kekerasan Ganda

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun