Perputaran-perputaran atau pergerakan-pergerakan lihai tubuh sebagai pengantar yang baik bagi bentuk kekerasan. Mereka haus darah harus berada di luar lapisan represi birahi di tengah kerusuhan massa terjatuh dalam tipu muslihat menjadi kekerasan.Â
Kenikmatan, hasrat, imajinasi, mimpi, dan khayalan diredistribusikan, ketika halusinasi mengejar bayangan, mata dibalas mata dan akhirnya dilenyapkan oleh kekekuatan ilusi. Bersama sebuah dunia fiksi, ilusi tidaka lebih kuat dari nasib manusia bersama ketidakhadiran nalar, dimana dunia indera sebagai penjamu kebutuhan yang sempurna.Â
Dalam fiksi, gambar kekerasan teridentifikasi sebagai ramuan kuno sebelum keseimbangan hidup.Â
Satu sisi, fiksi bukan saja bertujuan untuk membebaskan, tetapi juga membersihkan nilai kebenaran dari kesadaran semu. Pada sisi lain, fiksi laksan menjajakan boneka mainan dengan perantara sebuah persfektif inderawi.Â
Kita seperti sebuah boneka mainan yang dipajang di etalase toko, dimana anak-anak kecil baru belajar bermain dengan dunia. Dalam keriangan yang tidak terbayangkan dalam dunia mereka, maka mereka dibimbing oleh nafsu untuk kekerasan rasial. Kemudian, jalan Reformasi 21 Mei 1998 ditinggalkannya ke tempat dan bentuk permainan lain sesuai seleranya.
Tanpa mengabaikan peristiwa tubuh dan jaringan-jaringan instrumen yang mengurungnya, sebuah kegairahan tidak dihasilkan efek jaringan tubuh, tetapi berjuang bersama logika nurani untuk penaklukkan raksasa atas bayangan benda. Apakah logika itu?Â
Memamerkan kebebasan atau hikmah kebenaran yang mengandung kekerasan. Sebaliknya, kekerasan harus memboncengi ketiadaan bayangan gelap dan cahaya.
Agar tidak ada kata-kata kotor dan kebenaran benda sebagai perangkap yang terlumpuhkan oleh bingkai foto yang erotis, yaitu seni yang seronok. Selain itu, tidak ada kelenyapan makna yang mengajarkan kita kehampaan, dimana ingatan-ingatan, pantulan-pantulan, alur-alur, dan pemindahan-pemindahan yang solid akan menarik nafsu.Â
Memanfaatkan nafsu untuk melawan kegairahan berarti menyerang balik relasi antara hasrat dan bahasa diantara kekerasan. Suatu peristiwa kekerasan layaknya akibat gigitan semut menjadi gigitan ular beludak.
Kebebasan yang fatal dibumbuhi dengan permainan berbahaya. Kebebasan berjalan sesuai dengan ambang batas dari kebebasan.Â
Peristiwa intelektual dan kebebasan yang bertujuan untuk menuntut peristiwa lain. Ia melepaskan pergerakan individu menuju titik akhir dari satu peristiwa ke peristiwa lainnya. Di situlah, kebebasan diiringi dengan akhir dari peristiwa suksesif di antara kekerasan dan atas nama perubahan.