Tapi bukankah itu berisiko? sela Fajar, garis kekhawatiran terukir di keningnya. "Kamu bisa membuat marah orang-orang yang mengandalkanmu."
"Mungkin," Aditya mengakui, merasakan tarikan rasa takut yang familiar saat membayangkan mengecewakan siapa pun. "Tetapi saya menyadari bahwa mengecewakan seseorang bukanlah hal terburuk. Mengecewakan diri sendiri karena hidup tidak autentik... itu jauh lebih berbahaya."
Agnes mengangguk, matanya mencerminkan semangat wahyu Aditya. "Dan bagaimana Anda menangani penolakan itu?"
"Dengan mengingat mengapa saya memulai perjalanan ini." Kata-kata Aditya adalah benteng melawan keraguan. "Saya mengingatkan diri sendiri bahwa kesejahteraan saya bukan hanya sebuah kemewahan; itu adalah sebuah kebutuhan. Bahwa setiap langkah menuju keseimbangan adalah langkah menuju kehidupan yang dijalani sepenuhnya."
Fajar bersandar, ekspresi skeptisnya berubah menjadi kekaguman. "Kamu benar-benar sudah memikirkan hal ini dengan matang."
"Berpikir, ya. Tapi yang lebih penting, melakukan." Aditya meraih buku catatannya, halaman-halamannya kini berisi lebih dari sekedar refleksi---hal-hal tersebut merupakan cetak biru untuk bertindak.
"Setiap tantangan adalah pelajaran," lanjutnya sambil menari-nari di atas kertas. "Setiap kemunduran, ada peluang untuk bangkit dengan lebih anggun dari sebelumnya. Ini bukan tentang kesempurnaan; ini tentang kemajuan."
"Bicaranya seperti seorang filsuf sejati," goda Agnes ringan, namun matanya menunjukkan rasa hormat.
"Lebih seperti pelajar kehidupan," koreksi Aditya sambil memiringkan kepalanya dengan rendah hati. Dia tahu jalan di depan akan berliku-liku tak terduga, namun dengan setiap tegukan kopi, setiap tawa bersama, dan setiap saat introspeksi, dia menjalin jalinan kehidupan yang seimbang---yang dia definisikan sendiri.
"Ini untuk menemukan kepuasan, selangkah demi selangkah," Fajar bersulang sambil mengangkat cangkirnya.
"Untuk kepuasan," ulang Aditya sambil mendentingkan espresso-nya ke gelas Fajar, kilatan tekad menyala di matanya. Dengan segenap keberadaannya, ia berkomitmen terhadap proses integrasi, menyambut tantangan dengan tangan terbuka, siap menghadapinya dengan ketangguhan seorang musafir berpengalaman dan keanggunan jiwa dalam mencari harmoni.