Amel justru melangkah ke kamar mandi. Nampaknya ia sengaja berlama-lama di sana.Â
Wajahnya bercahaya, tubuhnya menguarkan aroma orange yang segar sekeluarnya dari kamar mandi. Keletihan seolah menguap dari wajahnya.
"Kamas, bisa pesan layanan kamar, nggak? Aku ... lapaar," serunya sambil menepuk-nepuk perutnya yang masih tetap rata.
Sama seperti ketika Abram pertama kali menyentuhnya seusai akad. Sepuluh tahun yang lalu.
"Ooh, okee. Kita pesan makanan. Mau makan apa, Yaang? Ada pasta, lasagna, ada ...," Abram membolak balik daftar makanan di depannya.
"Manuut," sahut Amel, buru-buru.
Tak butuh waktu lama, hidangan yang mereka pesan sudah diantarkan ke kamar.
~~~~~
"Yaang, sebetulnyaaa ... sebetulnya aku ingin katakan sesuatu," sambil menyisir rambut hitam Amel, Abram berkata hati-hati.
"Soal?" gumaman itu nyaris tak terdengar.
"Soal skrinsyut yang kau simpan di gallery ponselmu," sahut Abram sambil memandang manik mata Amel.