Mohon tunggu...
Emil WE
Emil WE Mohon Tunggu... road and bridge engineer -

Seorang penikmat sastra, anggota forum diskusi sastra “Bengkel Imajinasi”, anggota Adventurers and Mountain Climbers (AMC 1969) Malang, kini tinggal di kampung kecil di Jawa Timur sehabis menekuni profesinya sebagai urban di Jakarta. Gemar menulis di alam bebas.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Cerpen: Koridor

28 Desember 2010   23:48 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:16 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"maksudmu ?"

"berjanjilah jangan kau temui Tiara dan Sita. Jangan kau sakiti hati mereka, kumohon, jangan kau acak-acak keluargaku," tatap mata Prama mengiba memohon ampun.

"kamu ketakutan ?"

"entahlah, Marieta. Entahlah,"

"percayalah, aku mencintaimu, Pram. Dan aku berjanji takkan menemui mereka,"

"sungguh ?"

"Pasti. Keseribu kalinya kubilang aku mencintaimu, Pram. Karena cintaku padamu janji itu pasti kutepati,"

Prama tersenyum. Marieta tertawa kecil. Cinta yang ganjil menggenggam takdir yang tak adil.

***

31 Desember 2009,

"Pa, lihat, Pa. Pembunuhan sadis lagi. Tega banget," Sita berdecak tak percaya sambil menunjukkan headline Koran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun