"ya Tuhaaaan, Marieta, kenapa kau jadi seperti ini," kepala Prama berdenyut denyut.
"aku mencintaimu, Marieta"
"kalau begitu nikahi aku !"
"iy iya .. tapi jangan tahun ini,"
"lalu ? kapan ?"
"tahun depan, Mar. Ah iya, bagaimana kalau tahun depan," celetuk Prama yang terdesak. Marieta menatap tak percaya.
"aku janji, Marieta. Aku janji. Sekalian, anggaplah kulamar kau dengan ini, Sayang"
Prama tergopoh mengeluarkan kotak cincin yang dibeli buat Tiara, istrinya. Tangannya dengan cepat mengambil dan kemudian menyematkan cincin di jari manis Marieta.
"cincinnya kebesaran, Pram. Mungkin tak cocok buatku," celetuk Marieta.
"sudahlah, Sayang. Itulah resikonya memberi kejutan, hehehe" tawa Prama meredakan emosi
"tapi, Sayang. Kuharap jangan kau rusak rencana kita," lanjutnya