Mohon tunggu...
Emil WE
Emil WE Mohon Tunggu... road and bridge engineer -

Seorang penikmat sastra, anggota forum diskusi sastra “Bengkel Imajinasi”, anggota Adventurers and Mountain Climbers (AMC 1969) Malang, kini tinggal di kampung kecil di Jawa Timur sehabis menekuni profesinya sebagai urban di Jakarta. Gemar menulis di alam bebas.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Cerpen: Koridor

28 Desember 2010   23:48 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:16 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"ya Tuhaaaan, Marieta, kenapa kau jadi seperti ini," kepala Prama berdenyut denyut.

"aku mencintaimu, Marieta"

"kalau begitu nikahi aku !"

"iy iya .. tapi jangan tahun ini,"

"lalu ? kapan ?"

"tahun depan, Mar. Ah iya, bagaimana kalau tahun depan," celetuk Prama yang terdesak. Marieta menatap tak percaya.

"aku janji, Marieta. Aku janji. Sekalian, anggaplah kulamar kau dengan ini, Sayang"

Prama tergopoh mengeluarkan kotak cincin yang dibeli buat Tiara, istrinya. Tangannya dengan cepat mengambil dan kemudian menyematkan cincin di jari manis Marieta.

"cincinnya kebesaran, Pram. Mungkin tak cocok buatku," celetuk Marieta.

"sudahlah, Sayang. Itulah resikonya memberi kejutan, hehehe" tawa Prama meredakan emosi

"tapi, Sayang. Kuharap jangan kau rusak rencana kita," lanjutnya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun