"pertanyaanmu ngelantur, Marieta. Kenapa kau jadi seperti ini. Dua minggu aku kangen kamu, dua minggu itu pula kau berubah drastis,"
"apa yang kau bayangkan selama dua minggu itu ? bercinta denganku ? membayangkan tidur denganku ?"
"Marieta, aku tak suka kata-katamu ! lebih mirip kata-kata perempuan jalang, apa maksudmu dengan ini semua ?"
"bagaimana kalau kukatakan aku hamil, Pram ? apa kau percaya ?"
"ah,,tidak-tidak mungkin. Kau tak mungkin hamil. Itu tak boleh terjadi,"
"kenapa tak boleh ? bukankah kita sudah seperti suami istri? aku perempuan normal dan kamu lelaki normal pula, lantas kenapa tak boleh hamil ? kamu aneh, Pram"
"iya, tapi .. tapi seharusnya -" Prama tak kuasa meneruskan kalimatnya
"iihhh, aku berbohong, Pram. Aku cuma ingin tahu reaksimu. Kamu mulai suka panik," Marieta tertawa cantik. Tangannya terkibas sembari menggeleng perlahan.
"lalu apa maksudmu berkata demikian ?", "dasar !",Prama menelan ludah. Tapi ia tersenyum lega
"kau cinta aku, Pram ?"
"tentu saja, Sayang. Dan aku yakin kau juga mencintaiku,"