Mohon tunggu...
Emil WE
Emil WE Mohon Tunggu... road and bridge engineer -

Seorang penikmat sastra, anggota forum diskusi sastra “Bengkel Imajinasi”, anggota Adventurers and Mountain Climbers (AMC 1969) Malang, kini tinggal di kampung kecil di Jawa Timur sehabis menekuni profesinya sebagai urban di Jakarta. Gemar menulis di alam bebas.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Cerpen: Koridor

28 Desember 2010   23:48 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:16 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"jangan membawa-bawa nama Tuhan segala, bukankah sumpah itu juga yang kamu gunakan untuk mengelabuhi istrimu," Marieta melirik dengan tatapan menunggu.

"kau mulai pintar, Marieta. Sudahlah -jangan membahas itu, aku tak enak hati," Prama lantas tertawa kecil.

"kamu masih mencintai Tiara, Pram ?" tanya Marieta kemudian

"kenapa kau tanya itu ?"

"itulah kenapa kubilang kau harus lebih memahami perempuan, Pram"

"jawab, apa kamu masih mencintai istrimu itu ?" lanjut Marieta

"ya, tapi .. aahh, entahlah, kenapa kau mesti menanyakan itu ?" suara Prama memberat

"kenapa ragu, Pram ? cukup katakan ya - atau tidak. Kamu seorang laki-laki," desak Marieta.

Tenggorokan Prama terasa kering mendengarnya. Ia menelan ludah.

"aku cinta dia, Marieta. Tapi mungkin sudah tak seperti dulu. Itu maksudku." Prama lantas menghembuskan nafas panjang.

"lebih cinta mana antara dia dan aku ?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun