"Nona Devi, pikirkan sekali lagi rencanamu mendirikan pabrik di wilayah kami. Apa kamu sampai hati menodai kesucian alam ini dengan limbah pabrik yang tengah kamu bangun itu?"  Edo duduk di sampingku. Suaranya  menyatu dengan gemericik air.
"Burung-burung akan mati karena polusi udara dari penggodokan bahan kimia. Dan ikan-ikan tidak lagi memiliki kekuatan untuk berebut menyentuh kakimu yang indah itu, akibat polutan air."
 Aku terdiam. Batinku mulai goyah. Aku telah menjadi Dewi dalam dua hari ini. Begitu banyak hal yang sudah kuperoleh. Dan sialnya, aku mulai suka dengan suasana alam di sekitar pedesaan ini.
Lalu apa yang  harus kulakukan?
Baru kali ini aku merasa otakku benar-benar buntu.
 ***
Sore hari aku menelpon Black. Minta agar ia segera menjemputku. Aku ingin kembali ke apartemen saat itu juga.
Sesampai di apartemen aku menemukan Dewi tengah asyik membaca. Wanita itu seketika menyingkirkan bukunya begitu melihat kedatanganku.
"Maaf, aku lancang membaca koleksi buku-bukumu. Bagaimana Nona Devi, penyamaranmu sukses?" Dewi memandangku. Aku terbahak.
"Ternyata tidak mudah menyamar menjadi dirimu, Nona Dewi. Kamu sendiri, senang bertukar tempat denganku?" aku balik bertanya.
"Tidak! Aku lebih suka menjadi diriku sendiri," jawaban spontannya membuatku terhenyak.