Pembicaraan berjalan lancar. Berputar di tema waktu, tempat dan susunan acara. Kami pun bertanya-tanya, akan seperti apa pimpinan baru kami. Hanya saja, semakin lama, pembahasan mulai menyimpang. Kini tema tentang pendamping pesta mulai digaungkan.
Aku lagi-lagi datang sendirian. Kendati kebohonganku meyakinkan, semakin lama, kebohongan itu semakin terasa imajiner.Â
"Nanti datang sendirian lagi Cil?" Tanya Lidya. Salah satu rekanku di divisi keuangan.Â
"Iya" Jawabku sedikit tak nyaman.
Tema ini lagi, ya?Â
"Sayang. Walau punya pacar, nyatanya kemana-mana sendiri. Pacaran modal tanya kabar, pacar bayaran juga bisa." Sarkas Jessica yang terdengar sinis di telingaku.Â
Baru saja akan kubalas. Seseorang sudah berbicara mendahuluiku.
"Tapi kalau dilihat-lihat, Abimanyu agak mirip ya sama Vernon." Ujar Ananta, salah satu rekan Jessica sembari menunjukan ponselnya ke arah Jessica dan rekan yang lain.Â
"Ih iya loh. Eh, Cil, Vernon bukan dari Seventeen ya? Oh kamu bukannya pernah datang ke konsernya juga ya?" Itu Dinda. Pertanyaannya seolah semakin menyeretku ke ujung jurang.Â
"Kok bisa kebetulan sih? Keren dong, pacar kamu mirip idol Korea. Telfon dong Cil. Kita kan pengen kenalan." Jessica mulai tersenyum sinis padaku. Tatapannya sungguh meremehkan.Â
"Ga bisa dong. Ini kan malam ya di Amerika. Abi pasti udah tidur." Kilahku sedikit gugup.Â