"Tentu saja. Kalau bukan sugesti, setiap orang yang menyimpan edelweiss di dompetnya pasti memiliki pacar yang tidak bakal ngelaba -- selingkuh. Bapak-bapak tidak ada yang berpoligami. Hahaha...."
Saya terbahak.
Gadis itu tersenyum.
"Eh, Nita kok pendiam sekali sih? Apa yang dipikirin, sih?"
"Ti-tidak." Dia menggeleng dengan leher getas. "Tapi, sayang dong kalau edelweiss itu hanya sugesti!"
"Maksudmu?"
"Sebetulnya, dengan edelweiss ini saya berharap Papa dan Mama saya bisa rujuk kembali di Jakarta!"
"Ya ampun, Nit! Jadi...."
"Orang tua saya baru saja bercerai, Wong!"
"Pantasan kamu...."
Saya terkesiap. Sedikit merasa menyesal telah secara tidak langsung menguakkan kembali kisah suram keluarganya yang lantak. Tapi saya memang tidak sengaja. Saya prihatin. Sangat prihatin. Pantas gadis itu seperti tidak memiliki semangat hidup.