Mohon tunggu...
Effendy Wongso
Effendy Wongso Mohon Tunggu... Penulis - Jurnalis, fotografer, pecinta sastra

Jurnalis, fotografer, pecinta sastra

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Sepenggal Kenangan Edelweiss

3 Maret 2021   23:42 Diperbarui: 4 Maret 2021   00:59 461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tapi...."

Saya tidak menanggapi keluhannya lagi. Lebih memilih berkumpul dengan peserta tur lainnya. Mungkin ada bahan dan ide yang dapat dijadikan tema dalam cerpen.

***

Kuta di senja itu
menjingga dalam kenangan
sayang indah urung mengurai senyum sang jelita   

Aku terempas
adakah pendar horizon serupa lentera
sebagai penerang temaram hati?

Tak tahu!
begitu katanya
lalu kutengok edelweiss dalam bisu
ia telah berdialog dengannya
tentang dua hati nan terkoyak
aku terlentang mati karenanya 

 -- Nita pada Suatu Senja 

Malam di Denpasar sudah mengembuskan atmosfer sedingin es ketika Asep Suparman datang membisiki saya. Katanya, gadis itu kelewat introver. Gadis berkulit putih itu merupakan salah satu bidadari. Namanya Nita, Nita Vega Pramana. Dan setelah tujuh hari bersama menyusuri trip asyik Jawa-Bali bersama anak-anak satu kelas, saya baru menyadari kalau gadis teman sekelas saya itu memang sering menyendiri dengan wajah murung.

Dalam rombongan tur perpisahan kelas kami, memang ada dua puluh tiga bidadari. Bidadari di sini tentu meru-akan artifisial. Bukan para dayang dari istana langit seperti yang termaktub dalam serangkaian dongeng kanak-kanak. Yang memiliki kecantikan paras seindah berlian dan permata berkilau dari nirwana. Sama sekali bukan. Tapi yang dimaksud adalah dua puluh tiga siswi biasa SMA Regina Pacis yang masing-masing, memiliki kepribadian, karakter, dan watak sendiri-sendiri.

Sepasang mata indah itu tampak menekuri lantai hotel. Seperti mengamati alur-alur lantai, menghitung partikel garis akibat gesekan sepatu pada ubin porselen bermotif kembang keramik.

Asep Suparman sang Koordinator tur juga sempat bilang, kalau dia kasihan melihat anak itu. Ekstrim dia bilang, takut terjadi apa-apa dengan gadis berwajah pucat itu. Pembawaannya diam melulu. Bicaranya hemat energi. Hanya, ya dan tidak. Plus gelengan atau anggukan!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
  20. 20
  21. 21
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun