Mohon tunggu...
Effendy Wongso
Effendy Wongso Mohon Tunggu... Penulis - Jurnalis, fotografer, pecinta sastra

Jurnalis, fotografer, pecinta sastra

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Sepenggal Kenangan Edelweiss

3 Maret 2021   23:42 Diperbarui: 4 Maret 2021   00:59 461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tapi, sudah banyak kejadian lho, Wong. Setiap tahun ada saja yang meninggal di kawah Bromo."

"Itu insiden, Vic. Kecelakaan. Human error. Siapa saja bisa menjadi korban kalau lengah dan tidak berhati-hati. Tebing curam, longsor, badai pasir, dan banyak faktor alam lain lagi yang bisa jadi penyebab jatuhnya korban. 

"Tapi legenda itu...."

"Legenda bukan merupakan aktualita. Sementara aktualita memerlukan pembenaran. Seperti halnya budaya, legenda merupakan khazanah. Banyak kearifan lokal yang tersirat, yang memerlukan pencernaan nurani ketimbang logika di dalam legenda. Jadi, betapa piciknya kita kalau menerjemahkan legenda di dalam bahasa nalar."

Namun Vicky tidak menggubris ulasan saya. Tetap menganggap legenda itu sebagai sesuatu yang hakiki. Kami berjalan kaki sejauh tiga kilometer. Bertemu beberapa bidadari yang sudah sedari tadi tiba di gigir puncak Bromo. Mengabadikan gambar sebagai pemajang kenangan.

***

Denpasar, 01.22 AM.

Setelah dua malam di Bromo, trip dilanjutkan ke Bali. Tiba di Bali, rombongan tur langsung diboyong ke Sanur. Sudah pukul satu lebih dua puluh dua menit ketika rombon-an tiba, dan menginap di salah satu hotel kecil tapi asri.

Anak-anak sudah kelengar. Jadi, tidak ada yang berniat kelayapan di tengah malam kecuali untuk mengisi perut di warung-warung kecil yang berseliweran di sepanjang pantai Sanur.

Saya, Vicky, Robby, dan Aditya memilih makan di luar, warung Padang. Sementara para bidadari ada yang sudah tidak kuat jalan, lebih memilih tidur atau makan di hotel saja. Noerdin, Asep Suparman, dan Wayang masih mengurus administrasi hotel.

Sehabis mengisi perut, Vicky mengeluh sakit pada lehernya. Sampai besok pagi pun, ketika kami sudah asyik mengelilingi objek wisata di Pulau Dewata, cowok itu masih mengeluh kesakitan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
  20. 20
  21. 21
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun