Mohon tunggu...
Edwin Satrio Pratama
Edwin Satrio Pratama Mohon Tunggu... Konsultan - Mahasiswa

Mahasiswa Magister Akuntansi - NIM 55523110017 - Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Universitas Mercu Buana - Pemeriksaan Pajak - Dosen : Prof. Dr. Apollo, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

TB 2 - Diskursus DIalektika Model Hegelian dan Hanacaraka pada Auditing Perpajakan - Prof Apollo

30 November 2024   20:40 Diperbarui: 30 November 2024   20:40 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

8. Pengembangan Teknologi

  • AI dan big data analytics memungkinkan deteksi transaksi mencurigakan atau prediksi risiko dengan lebih cepat.
  • Blockchain meningkatkan transparansi dan keamanan data, terutama dalam transaksi internasional.
  • Teknologi berbasis cloud memungkinkan akses data audit yang lebih fleksibel dan efisien.

9. Dampak terhadap Wajib Pajak

  • Proses audit yang transparan dapat meningkatkan persepsi positif wajib pajak terhadap otoritas pajak.
  • Pendekatan kolaboratif mendorong kepatuhan sukarela, terutama pada wajib pajak kecil yang kurang memahami aturan.
  • Teknologi membantu mengurangi biaya kepatuhan wajib pajak, sekaligus menyederhanakan proses administrasi.

1. Pendahuluan: Konteks Audit Perpajakan di Indonesia

Audit perpajakan memiliki peran yang sangat penting dalam memastikan sistem perpajakan suatu negara berjalan dengan baik dan sesuai dengan prinsip keadilan. Di Indonesia, yang memiliki tantangan dalam keragaman budaya, karakteristik wajib pajak yang bervariasi, serta kompleksitas peraturan perpajakan yang terus berkembang, sangat dibutuhkan sistem audit yang efisien dan transparan. Dalam hal ini, penerapan berbagai pendekatan audit yang tidak hanya memenuhi kebutuhan praktis namun juga mempertimbangkan aspek sosial menjadi sangat krusial. Oleh karena itu, model-model seperti Dialektika Hegelian dan Hanacaraka dianggap relevan dan sangat bermanfaat dalam membangun sistem audit yang tidak hanya efektif dan efisien, tetapi juga dapat menciptakan hubungan yang harmonis antara auditor dan wajib pajak. Kedua model ini menawarkan cara yang berbeda dalam melihat masalah perpajakan, namun keduanya saling melengkapi untuk menciptakan audit yang lebih humanis dan berbasis pada prinsip keadilan.

2. Dialektika Hegelian dalam Audit Perpajakan

Model Dialektika Hegelian menawarkan perspektif yang lebih rasional dan berbasis data dalam mengatasi konflik yang muncul selama proses audit perpajakan. Berdasarkan prinsip dasar dari tesis, antitesis, dan sintesis, model ini menawarkan suatu proses yang dapat membantu menyelesaikan konflik dengan menggunakan analisis yang objektif dan terukur. Ketika auditor dan wajib pajak memiliki perbedaan pandangan tentang kewajiban pajak atau ketidaksesuaian dalam laporan pajak, model ini menyediakan kerangka untuk menganalisis konflik tersebut melalui data yang ada dan aturan yang berlaku, serta mencari solusi terbaik yang dapat disepakati kedua belah pihak.

Pendekatan ini sangat menekankan pada kepastian hukum, yang memungkinkan penyelesaian konflik tanpa adanya bias emosional atau subjektivitas. Hal ini sangat penting dalam menghadapi perusahaan besar yang memiliki sistem pajak yang rumit dan membutuhkan analisis berbasis data yang jelas. Dalam konteks perpajakan modern yang melibatkan data transaksi yang besar, teknologi dan alat analitik seperti big data analytics menjadi faktor penting yang dapat membantu auditor dalam mengidentifikasi ketidaksesuaian dengan cara yang lebih cepat dan akurat.

3. Dialektika Hanacaraka: Pendekatan Berbasis Budaya dalam Audit Perpajakan

Di sisi lain, Dialektika Hanacaraka menawarkan pendekatan yang lebih berbasis pada nilai sosial dan budaya, yang sangat relevan dalam konteks Indonesia yang kaya akan nilai budaya dan relasi sosial yang kental. Pendekatan ini mengutamakan pentingnya komunikasi interpersonal, harmoni, dan pembelajaran untuk membangun hubungan jangka panjang yang baik antara auditor dan wajib pajak. Hal ini sangat penting mengingat banyak wajib pajak, terutama yang berasal dari sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM) atau individu, yang tidak memiliki pemahaman mendalam tentang kewajiban perpajakan mereka dan sering merasa terintimidasi oleh proses audit yang formal dan rumit.

Pendekatan Hanacaraka berfokus pada edukasi dan pembinaan wajib pajak, sehingga mereka dapat lebih memahami kewajiban perpajakan mereka dengan lebih baik dan tidak merasa tertekan. Selain itu, model ini bertujuan untuk menciptakan relasi yang harmonis antara auditor dan wajib pajak, yang pada gilirannya akan mengurangi ketegangan atau konflik yang sering muncul selama audit. Melalui pendekatan ini, auditor juga dapat memberikan kesempatan kepada wajib pajak untuk melakukan dialog terbuka dan memperbaiki kesalahan pajak mereka dengan cara yang lebih bijaksana dan tanpa merasa terancam.

4. Sinergi antara Model Dialektika Hegelian dan Hanacaraka

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun