Mohon tunggu...
Jan Bestari
Jan Bestari Mohon Tunggu... Lainnya - Merayakan setiap langkah perjalanan

Refleksi kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cinta Mati (5 Sunset)

29 Januari 2022   20:36 Diperbarui: 29 Januari 2022   20:49 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku hanya bisa menyimpan didalam hati. Hal yang menjadi pertanyaan besar yang selalu bermain dikepalaku yaitu apakah sifatnya tersebut juga sama ke orang lain selain aku? Atau aku yang justru lagi geer...karena lagi merasa jatuh cinta. Tentunya besar harapanku, Dewi juga menaruh hati kepadaku. Sehingga sempurnalah hidupku yang selama ini belum pernah mengalami apa rasanya jatuh cinta. Kadang aku dikatakan teman sewaktu SMA dulu adalah manusia bodoh, karena tidak mau memanfaatkan fisikku yang cukup menarik gadis-gadis satu sekolah. Disaat itu banyak gadis yang menyukaiku secara terang-terangan maupun secara diam-diam.

 

Sebagai seorang lelaki dewasa normal, tentunya siapapun akan teramat ingin menjalin pertemanan spesial dengan Dewi. Meskipun bagiku saat ini, kondisi yang ada didepan mataku sekarang, sudah dapat kukatakan lebih dari cukup. Daripada aku berharap lebih kepada gadis kota itu. Karena mungkin saja Dewi nya sudah mempunyai pacar di kampus nya.

 

 Berbeda dengan Dewi, Kemala yang tampak selalu tersenyum. Pembawaannya aktif dan kelihatan selalu bercengkrama dengan Fithar. Kiranya tidak salah aku menduga dialah pacar Fithar yang sebenarnya. Tampak sering dengan sengaja mereka membiarkan Dewi mendekatiku, sedang Kemala sendiri akhirnya lebih banyak kembali bercengkrama dengan Fithar.

 

“Fithar...ayo!” beberapa kali ajakan Kemala kepada Fithar agar kembali berlari menjauhi kami. Itulah cara mereka dengan sengaja untuk memberikan kesempatan kepadaku untuk lebih mengakrabkan diri bersama Dewi. Tetapi aku tetap merasa sangat kaku. Meski perasaan untuk selalu dekat secara fisik dengan Dewi tidak dapat kupungkiri. Sampai akhirnya aku merasa, terlukanya Dewi adalah suatu keberuntungan sebagai pintu masukku untuk bisa lebih mendekatkan diri bersamanya. Satu skenario yang sempurna, fikirku.

 

         Senja yang terasa sangat romantis. Matahari tenggelam. Tampak rona merah berwarna emas diufuk barat. Angin laut senja itu mulai terasa dingin menerpa tubuh. Disampingku Dewi duduk diatas pasir pantai dengan wajah seperti berseri-seri. Ia berselonjor kaki sambil menikmati suasana sunset. Ia membiarkan saja kedua kakinya yang kadang digulung dan dihempas gelombang pantai tiada henti.Gadis cantik yang terluka disampingku ini juga tampak kelelahan karena sedari tadi berlarian bermain ombak. Tetapi sepertinya tidak terasa lagi perih luka yang dirasakannya.

 

Kemala dan Fithar nun disana juga terlihat duduk berdekatan.Kadang terlihat kaki-kaki mereka berselonjor santai, terkadang terlihat juga salah satu kaki mereka ditekuk keatas dengan kedua tangan seperti tegak bersandar menahan tubuhnya ke pasir pantai. Terlihat sangat rileks. Mereka seperti terlibat dalam perbincangan akrab. Sekali-sekali matanya melirik kearah kami. Merekapun terlihat membiarkan diri dihantam oleh deburan ombak yang terasa semakin meninggi. Dingin menusuk mulai menghantam tubuh. Hembusan angin laut mulai berhembus kencang setelah senja menghilang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun