”Rasanya tidak mungkin kau belum mempunyai pujaan hati?” kata Dewi yang meragukan jawabanku.
“ Aku belum punya keberanian” jawabku singkat padat, seperti seorang prajurit yang harus menjawab tegas komandannya.
“Tiada apa yang kurang denganmu, Dewa” sambil Dewi kembali menatapku dalam, “tentunya banyak gadis yang sangat menginginkanmu menjadi pujaan hatinya,” terdengar tenang dan teduh kata-katanya ditelinga.
Sebenarnya aku merasa tertekan dicecar oleh pertanyaan dan pernyataan yang pernah emak juga sampaikan sebelumnya kepadaku. Tetapi kali ini sangat berbeda. Sekarang disampaikan didepanku secara langsung oleh seseorang gadis yang justru aku mempunyai hasrat yang sangat tinggi untuk bisa memilikinya.
”Aku tidak tahu, tetapi baru kali ini aku merasa hatiku damai berada disamping seorang gadis” jawabku dengan emosi mulai agak terkontrol, kulirik ekspresi wajahnya sedikit terperangah. Aku sedikit kaget, mungkin aku disangkanya sedang menggombal seperti pemuda playboy yang pernah dikenalnya.
“Jujur kuakui kaulah gadis pertama, dimana perasaanku langsung kuluahkan” ungkapku yang sekarang merasa semakin percaya diri sekaligus ingin berusaha jujur. Bahkan inilah pengalaman pertamaku memberanikan diri untuk berbicara dari hati ke hati dengan seorang gadis.