Mohon tunggu...
Jan Bestari
Jan Bestari Mohon Tunggu... Lainnya - Merayakan setiap langkah perjalanan

Refleksi kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cinta Mati (5 Sunset)

29 Januari 2022   20:36 Diperbarui: 29 Januari 2022   20:49 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 “Aku harus segera membersihkan lukanya” izinku kepada Dewi. Kemudian kurebahkan kakinya dengan posisi lebih tinggi diatas pasir secara hati-hati. Dewi memperhatikan wajahku dengan serius. Mungkin ia ragu dengan apa yang ingin kulakukan dengan lukanya tersebut. Tetapi aku membiarkannya saja kekhawatirannya dan terus bekerja menyelesaikan apa yang seharusnya aku lakukan.

Seperti biasa, jika ada pengunjung yang luka, akan kubersihkan lukanya sebersih mungkin dengan air minum dalam veples yang selalu kubawa dipinggangku. Untuk kemudian lukanya segera kukeringkan. Peralatan pertolongan pertama sederhana seperti: kapas, antiseptik dan plester juga pasti tersedia di saku celana saat berpergian membawa tamu-tamu berkunjung. Dewi seperti meringis saat aku membubuhkan beberapa tetes antiseptik dilukanya. Pasti akan terasa nyeri. Kemudian kuletakkan kapas dan terakhir plester agar lukanya aman dari infeksi. Sesekali perhatiannya kepada luka yang sedang kutangani dan kemudian kembali menatapku tajam. Kemungkinan ia harus memastikan bahwa aku bisa melakukan perawatan luka dengan baik.

 “Bagaimana rasanya sekarang?” tanyaku sambil melihat ekspresi wajahnya saat plester terakhir kurekatkan. Dia tersenyum lega kepadaku dan hanya mengangguk tanda setuju terhadap semua apa yang telah kukerjakan sebelumnya.

“Dewa!..apakah hal seperti ini sering kau lakukan terhadap gadis lain?” tanya Dewi tiba-tiba kepadaku tanpa aku siap menjawabnya. Apakah ini tanda-tanda cemburu seorang gadis? Fikirku, dan aku masih membiarkan saja pertanyaannya. Kemudian aku terus membalut lukanya dengan perban dan plester lebih banyak lagi.

“Beruntung orang yang menjadi teman dekatmu” sambungnya kembali. Kuberanikan menatap matanya. Terlihat seperti ia sangat serius meminta jawabanku. Aku menjadi kikuk dan rasa tidak berdaya dengan tatapannya yang seperti menusuk-nusuk jantungku paling dalam.

”Akuu...aku merasa...”, tanpa bisa kuteruskan kegugupanku menjawab pertanyaan Dewi, kemudian tiba-tiba Kemala dan Fithar dari pantai segera berlarian menghampiri kami untuk memastikan Dewi baik-baik saja setelah lukanya di perban.

“Ayo Dewi!.. cuaca cerah sore ini” ujar Fithar bersemangat meminta Dewi juga segera merapat ke pantai yang deburan ombaknya telah terlihat jelas didepan mata.

“Airnya lautnya jernih dan terasa hangat dikaki,” balas Kemala tidak mau kalah, dimana bajunya tampak basah karena baru saja bermain air.  

“Kita kesana, tapi aku berjalan pelan saja” jawab Dewi sambil kembali menolehku yang seolah tidak sabar juga untuk menjejakkan kakinya ke air laut yang bergemuruh menghantam pantai. Segera tangannya di ulurkan kepadaku dan perlahan kami berjalan menuju Fithar dan Kemala yang sebelumnya telah kembali berlari kecil mendahului kami.

Tiada kata yang bisa melukiskan bagaimana bahagianya hatiku. Bisa melihat Dewi saja sudah sangat membahagiakan. Apalagi sampai bisa berjalan beriringan sambil menggenggam tangannya yang hangat. Ia kugiring berjalan santai kepantai dengan angin, pasir serta air laut biru yang siap menyambut penuh suka cita.

Sepertinya Fithar dan Kemala juga dengan sengaja memberiku kesempatan yang luas untuk mengenal Dewi lebih jauh. Kami meninggalkan pola kaki masing-masing di sepanjang pantai berpasir yang landai itu. Pola jejak kakiku yang beriringan dengan Dewi kuharapkan berujung pada suatu titik yang membawa kebahagiaan bagi kami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun