"Kamu harus tetap kuat, dan harus yakin bahwa tak ada penyakit yang tak ada obatnya" lanjut Kei.
"Coba alihkan semua permasalahanmu dengan mencari kesibukan, atau melamar kerja sebagai art supervisor atau desianer grafis di salah satu tempat temanku, karena aku dengar mereka sedang mencari tambahan orang di divisi itu, ya siapa tahu, itu bisa sedikit mengalihkan permasalahan yang sedang kamu hadapi"
"Ya aku pikir-pikir dulu deh, kalau mas Rian membolehkannya aku akan ambil tawaranmu itu Kei"
"Heemmm good" kata Kei sambil mengangkat ibu jarinya.
"Oh iya, jam berapa kamu akan konsultasi ke dokter Haris?"
"Sore ini, jam empat, kenapa?"
"Ok. Aku akan ikut" kata Kei.
"Serius neh Kei, kamu ghak ada kerjaan hari ini" ucapnya senang mendengar sahabatnya akan menemaninya.
"Iya serius, aku juga mau dengar langsung hasil konsultasimu, karena setahuku yang namanya kanker payudara itu bisa menyerang wanita manapun, dan tak pandang bulu usianya, dan aku juga perlu memahami itu sepertinya"
"Baiklah terimakasih ya Kei" kata Dhe sambil memeluk sahabatnya, tak terasa airmata haru merembes jatuh dari kedua matanya. Hatinya terasa ingin berteriak dengan keadaan ini. "Kenapa justru orang lain yang memberikan perhatian padanya, bukan suaminya Rian."
Tak terasa percakapan yang terjadi dengan Kei di Kedai Papiko siang itu mampu mengikis kegetiran yang dia rasakan. Dan berlanjut hingga mereka berdua tiba di tempat prakteknya dokter Haris.