Mohon tunggu...
dzuliqa romiliaputri
dzuliqa romiliaputri Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Mahasiswa program studi pendidikan bahasa indonesia

Saya baru mencoba untuk membuat suatu karya tulisan

Selanjutnya

Tutup

Book

Sinopsis dan Unsur Intrinsik Novel Laut Pasang 1994 karya Lilpudu

18 Desember 2023   02:30 Diperbarui: 18 Desember 2023   04:48 19196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Book. Sumber ilustrasi: Freepik

JUDUL BUKU         : " LAUT PASANG 1994 "

PENULIS                 : Lilpudu

TEBAL BUKU        : 328 halaman

PENERBIT             : Akad x Tekad

TAHUN TERBIT  : 14 Mei 2023

PENDAHULUAN

        Laut Pasang 1994 adalah novel karya penulis asal Indonesia, yaitu Airinda Nanda Suryadi, atau yang lebih dikenal dengan nama sapaan Lilpudu, Kak Lil, Teh Rin, atau Airin. Selain hobi menulis cerita fiksi, perempuan kelahiran 22 Januari 2003 ini juga mempunyai hobi melukis dan menggambar. Di sela-sela waktu senggangnya, Airin lebih sering menghabiskan waktu untuk menulis cerita, mendengar lagu, menonton film/drama dan melukis.

        Airin mulai menulis cerita fiksi di platform Wattpad sejak tahun 2018, dan sejak tahun 2020 Airin lebih tertarik menulis cerita sedih serta menyayat hati dan menggeluti genre angst (genre fiksi yang menyoroti perasaan cemas, kegelisahan, dan ketakutan yang mendalam pada karakter-karakter utama dalam cerita).

        Dan jika kamu ingin lebih akrab dengan Airin/penulis novel "Laut Pasang, 1994" ini, kamu bisa temui dia di semua akun media sosial, salah satunya melalui akun instagram @lilpuduuuu.

SINOPSIS

        Novel "Laut Pasang 1994" merupakan kisah yang terinspirasi dari peristiwa tsunami yang terjadi di Banyuwangi, Jawa Timur pada tahun 1994. Cerita ini menggambarkan kehidupan sebuah keluarga besar di Banyuwangi pada tahun 1988, yang terdiri dari tujuh bersaudara laki-laki, bapak, ibu, dan kakek (Simbah).

        Bapak dalam keluarga ini merupakan seseorang yang bisa membuat mereka merasa lengkap dan bahagia, sangat menyayangi anak-anaknya serta bertanggung jawab penuh atas keluarganya. Namun, bapak memiliki keburukan yang sulit dihilangkan, seperti sering kali jajan (main perempuan), bermain judi, dan bahkan minum-minum di rumah. Ibu dalam keluarga ini memiliki riwayat TBC, dan mati-matian menahan rasa sakit dihatinya melihat perilaku bapak yang sebenarnya tanpa sepengetahuan anak-anak.

        Semenjak ibu meninggal , perilaku bapak berubah drastis. Ia menjadi sosok yang egois, tidak mau kalah, dan selalu merasa bahwa anak-anaknya selalu salah. Bapak sering tidak pulang ke rumah, anak-anak pun hanya tinggal bersama Simbah. Bapak akan pulang ke rumah ketika emosinya sedang meluap-luap, dan menumpahkan semuanya pada anak-anak yang bahkan sama sekali tidak pantas untuk dijadikan samsak tinju.

        Untungnya, masih ada kakek yang sangat sabar dan selalu memberikan semangat serta arahan kepada cucu-cucunya. Meskipun perilaku bapak sangat keterlaluan, anak-anaknya selalu mengingat pesan terakhir yang ibu berikan untuk tidak membenci bapak dalam keadaan apapun.

        Suatu hari, terjadi gempa bumi yang cukup kuat. Bapak yang biasanya tidak pernah cemas menjadi khawatir dengan keadaan anak-anak di rumah. Bapak pulang ke rumah hanya untuk memastikan keadaan anak-anak. Namun, karena ketakutan anak-anak terhadap bapak yang sering memarahi mereka, lagi-lagi bapak gagal mengendalikan dirinya dan meninggalkan rumah dengan cepat.

        Setelah kejadian itu, bapak merenungi ucapan-ucapan anak-anaknya. Karena, bapak kedapatan bersama wanita lain di warung tempatnya biasa nongkrong, dan ia mendapatkan hukuman dari sahabatnya atas perbuatannya. Setelah mendapatkan dorongan dari sahabatnya, malam itu bapak memutuskan untuk pulang ke rumah dan meminta maaf kepada anak-anaknya. Rumah kembali menjadi hangat semenjak kepulangan bapak.

        (Banyuwangi, 1994) Namun, ketika Bapak pulang dari pasar dengan membeli 7 harum manis (kembang gula) untuk anak-anaknya, terjadi gempa bumi yang cukup kuat. Gempa ini menyebabkan kepanikan di sekitar mereka. Mereka berlarian keluar rumah untuk menyelamatkan diri. Setelah gempa mereda, mereka kembali ke rumah dan melanjutkan doa bersama.

        Kondisi sudah membaik setelah 15 menit, mereka duduk di teras rumah sambil memandangi langit malam penuh bintang. Namun, tiba-tiba terjadi guncangan dahsyat dan suara dentuman keras. Tanah berguncang dengan dahsyatnya, meruntuhkan apa saja yang ada di sekitar mereka. Air laut mulai naik, dan mereka berlarian untuk menyelamatkan diri.

        Setelah tsunami menyapu seluruh kota, hanya bapak, Khalid dan Dewangga yang selamat. Mereka mencari jasad Apta yang belum ditemukan hingga dua hari setelah kejadian. Mereka merasa sangat sedih kehilangan banyak anggota keluarga, terutama karena jasad Apta yang belum ditemukan. Mereka pergi ke tepian pantai dan melihat air laut yang masih bergemuruh sangat berisik. Khalid merasa terpukul dan berharap laut mengembalikan Apta. Bapak mencoba menenangkan anak-anaknya dan memeluk mereka.

        Kisah ini menggambarkan perjuangan keluarga dalam menghadapi tragedi dan kehilangan yang mendalam, yaitu menghadapi perubahan dalam dinamika keluarga mereka sendiri. Meskipun mengalami banyak kesulitan, keluarga ini tetap bersatu dan mencoba untuk bangkit dari keterpurukan. Mereka belajar untuk saling memaafkan dan menguatkan satu sama lain dalam menghadapi cobaan hidup. Melalui cerita ini, pembaca akan diajak untuk merenungkan tentang pentingnya hubungan keluarga, bagaimana cinta dan dukungan dari orang terdekat dapat membantu mengatasi kesulitan, dan bagaimana menghadapi masa-masa sulit dalam kehidupan.

        Sinopsis ini memberikan gambaran tentang perjalanan emosional dan pertumbuhan karakter dalam menghadapi cobaan yang tak terduga. Novel ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang nilai-nilai keluarga, kesabaran, cinta, dan harapan di tengah kehidupan yang penuh dengan tantangan.

UNSUR INTRINSIK

1.Tema

Tema dalam novel " Laut Pasang 1994 " ini berkategori fiksi dan sub-kategori Keluarga-Kehidupan (Family-Life).

Perjuangan keluarga dalam menghadapi tragedi dan kehilangan yang mendalam, serta perubahan dalam dinamika keluarga mereka sendiri. Kisah ini menggambarkan bagaimana keluarga tersebut tetap bersatu dan berusaha bangkit dari keterpurukan, belajar untuk saling memaafkan dan menguatkan satu sama lain dalam menghadapi cobaan hidup. Sinopsis ini juga menyoroti pentingnya hubungan keluarga, cinta, kesabaran, dan harapan di tengah kehidupan yang penuh dengan tantangan.

2.Alur ( Plot )

Alur yang ada dalam novel "Laut Pasang 1994" adalah alur maju (Progresif). Alur maju mengikuti urutan kronologis peristiwa yang terjadi dalam cerita, mulai dari kehidupan keluarga besar di Banyuwangi pada tahun 1988, perubahan perilaku bapak setelah kepergian ibu, gempa bumi yang membuat bapak khawatir dengan keadaan anak-anak, hingga tsunami yang menyapu seluruh kota dan menyebabkan kehilangan anggota keluarga. Cerita bergerak maju tanpa melibatkan flashback atau lompatan ke masa lalu. Alur ini memungkinkan pembaca untuk mengikuti perkembangan cerita secara kronologis dan merasakan perubahan yang terjadi dalam kehidupan keluarga tersebut.

3.Tokoh/penokohan

a.Bapak Purnomo ( Protagonis )

Watak : baik, bertanggungjawab, setia, penyayang

Penokohan : Purnomo merupakan sosok laki-laki yang gagah. Ia menjalankan tugasnya sebagai seorang ayah dan seorang suami yang sangat baik dan menyayangi anak-anaknya. Hanya saja Purnomo sendiri juga tidak mengerti kenapa dirinya tidak bisa diatur. Ditambah faktor pertemanan yang memang kurang baik menjadi alasan utama dari perilaku negatif ia selama ini. Tanpa Ratna tahu, rasa sayang Purnomo tak tertandingi besarnya.

Tetapi semenjak ibu pergi, semuanya berubah. Purnomo berubah menjadi sosok laki-laki yang sama sekali tidak dikenali oleh anak-anaknya. Purnomo selalu egois, tidak mau kalah dan selalu beranggapan kalau anak-anaknya itu tidak pernah benar dan selalu salah.

b.Ibu Ratna ( Protagonis )

Watak : baik, kuat, penyayang, rapuh

Penokohan : Ratna merupakan sosok ibu yang sangat kuat, ia sering kali drop karena hampir setahun belakangan ini mengidap TBC. Bukan hanya karena penyakitnya saja, tetapi faktor pikiran juga menjadi dampak terbesar. Ibu tahu semuanya tentang bapak yang sering kali main bersama perempuan lain, sering main judi bahkan secara terang-terangan bapak berani minum-minuman di rumah ketika ada anak-anaknya. Meskipun begitu, ibu menyadari kekurangan yang ada pada dirinya. Ibu merasa semua masalah yang terjadi di keluarga ini selalu berhubungan dengan dirinya. Lelaki mana sih yang mampu setia dan bertahan dengan wanita penyakitan dan banyak kekurangan seperti dirinya titik pikiran-pikiran itu selalu menghantui ibu setiap saat. Kendati kelakuan bapak seperti itu, bapak masih menjalankan tugasnya sebagai seorang ayah dan seorang suami. Keluarga ini masih bertahan berkat peran ibu dan bapak yang saling mengisi kekurangan masing-masing.

c.Simbah ( Tritagonis )

Watak : baik, lembut, rapuh, sabar, penyayang

Penokohan : Simbah laki-laki berusia hampir satu abad merupakan ayah kandung dari Ratna. Ia tahu apa yang di pikirkan anaknya, selama itu pula simbah harus merasakan sakit di hatinya yang semakin hari semakin besar. Lagi pula orang tua mana yang tidak sakit hati melihat anaknya seperti ini. Bahkan Simbah pun hanya mampu mengusap bahu ibu, berharap agar tangisan mereda. Sebab untuk sekedar memberikan saran pun, Simbah takut salah bicara. Karena ia tahu Ratna anaknya itu, mencintai Purnomo melebihi rasa cintanya pada diri sendiri. Ketika kepergian Ratna, Simbahlah yang merawat cucu-cucunya dengan sangat sabar dan selalu memberikan semangat serta arahan.

d.Khalid ( Tritagonis )

Watak : baik, lembut, bijaksana, berwibawa

Penokohan : Khalid Mahavir merupakan anak tertua berusia 17 tahun, orang yang selalu berusaha menjadi pengganti sosok ibu untuk adik-adiknya, memendam perasaan ketika ada masalah, menjadi sosok yang paling kuat untuk adik-adiknya serta mampu menjadi penengah paling ampuh untuk meluruskan masalah adik-adiknya.

e.Nadi ( Protagonis )

Watak : baik, mudah emosi, kesal dan jengkel

Penokohan : Janadi Pranawa merupakan anak yang mudah kesal dan jengkel atas perlakuan Apta yang selalu menggoda dan menjahilinya. Ia memiliki warna kesukaan merah muda (pink) dan semua barang kesayangannya pasti berwarna pink, termasuk layangan berwarna merah muda dengan aksen warna putih yang ia beli satu minggu lalu di Sekolah. Namun, rusak karena tidak sengaja diduduki oleh Dewangga. Ia sangat membenci bau kotoran yang menyengat dari dalam kandang Hartono, tetapi selalu Nadi menjadi orang yang kalah dan mau tidak mau harus menjalankan hukuman membersihkan kandangnya Tono.

f.Dewangga ( Protagonis )

Watak : baik, jahil, mudah terpancing emosi

Penokohan : Batara Dewangga yang biasa dipanggil Dewa merupakan anak yang mempunyai kebiasaan tidak pernah bisa menggunakan kaos ketika tidur dan setiap hari selalu disibukkan dengan memilih-milih baju mana yang akan dipakai untuk menjaga warung.

g.Apta ( Protagonis )

Watak : baik, ceria, penurut, jahil, nakal, mudah

                       terpancing emosi, penurut, rajin, lemah,

                       rapuh

Penokohan : Apta Bayuaji Cokroaminoto merupakan anak tengah. Ia anak kelas 6 SD yang jahil dengan saudaranya dan juga nakal di Sekolah. Hal ini semua bukan semata-mata karena disengaja, Apta mempunyai banyak alasan untuk melakukan itu. Apalagi jika sudah direndahkan, emosinya bisa meluap-luap. Apta paling tidak suka ada orang yang merendahkannya dan diatur, terlebih pada orang yang paling sok tahu dengan latar belakang keluarganya. Apta akan diam dan tidak banyak tingkah hanya ada tiga alasan yaitu, ketika mengingat Bapak, Hartono dan sedang rindu Ibu.

h.Esa ( Protagonis )

Watak : baik, penurut , kesabaran setipis tisu

Penokohan : Kaesang Cayapata merupakan laki-laki yang lahirnya hanya berbeda beberapa menit saja dengan Apta. Mereka saudara kembar, tapi tidak identik. Mungkin karena hal itu juga Esa pasti selalu bisa merasakan apa yang sedang Apta rasakan. Dan sebaliknya Apta juga bisa merasakan apa yang sedang Esa rasakan. Mereka mempunyai ikatan batin yang sangat kuat

i.Dipa ( Protagonis )

Watak : baik, penurut, berani, nyinyir

Penokohan : Adipati Janura merupakan anak yang usianya hanya berbeda satu tahun di atas Windu. Ia memiliki jurus sindiran yang sudah dikuasai entah sejak kapan, saudaranya pun kaget dibuatnya. Ia juga takut suara petir.

j.Windu ( Protagonis )

Watak : baik, penurut, polos, lucu

Penokohan : Windu Jayarupa merupakan anak bungsu kelas 3 SD tetapi mempunyai badan hampir seperti Bapak, bongsor. Ia sejak kecil sudah kurang kasih sayang dari orang tua. Windu ditinggal ibu dan diacuhkan bapak saat usianya masih menginjak 10 tahun. Bapak bisa pulang satu bulan sekali, bahkan lebih. Windu anak yang polos dan selalu menjadi korban kejahilan kakak-kakaknya. Ia juga memiliki teropong kecil yang ia yakini bisa mencari keberadaan alien dan kuda terbang secara nyata dan benar-benar ada di dunia nyata. Windu juga trauma tidak bisa diajak motoran sambil ngebut serta selalu menjadi bahan tertawaan keenam saudaranya karena heran melihat tingkah ajaibnya.

k.Hartono : Protagonis

Watak : baik, setia, jahil, tidak ingkar janji, setia

Penokohan : Hartono atau sering disapa Tono merupakan ayam jantan peliharaan keluarga Purnomo. Tidak ada alasan khusus, begitu melihat wajahnya, Apta tiba-tiba ingin sekali memberinya nama Hartono. Walaupun Hartono hanya terlihat seperti ayam biasa, ia seekor ayam mantan atlet lari dan juga punya sebutan bad boy di circle-nya yang mana diisi dengan ayam-ayam kampung dari RT 15 dan RT 16.

l.Pak Surya ( Tritagonis )

Watak : baik, penasehat

Penokohan : Pak Surya merupakan sahabat bapak dari zaman ibu masih ada. Ia Menghajar bapak tanpa ampun seolah Pak Surya sudah memberikan hukuman atas apa yang sudah bapak perbuat selama ini dan menasehati Purnomo untuk jangan menyakiti anak-anaknya. Karena mereka butuh Purnomo, sebagai peran seorang bapak. Pak Surya juga mengatakan bahwa Ratna pasti kecewa melihat perlakuan Purnomo selama ini terhadap anak-anaknya. Ucapan pak Surya tidak ada yang bisa bapak bantah, malam harinya mereka duduk bersama-sama, merenungi kejadian hari itu dan akhirnya bapak memutuskan untuk pulang ke rumah setelah mendapatkan dorongan dari Pak Surya.

m.Pak Bimo ( Antagonis )

Watak : baik, kesabaran setipis tisu, cepat emosi

Penokohan : Pak Bimo merupakan ketua RT di daerah mereka tinggal, ia begitu kesal dengan kokokan Hartono (Ayam Jantan) yang tidak berjeda ketika melewati rumahnya. Ia menganggap Hartono adalah musuh bebuyutannya, karena mendengar Hartono berkokok itu seperti terompet sangkakala di telinga pak RT.

n.Arimbi ( Protagonis )

Watak : baik, sabar, peduli, pemaaf

Penokohan : Arimbi merupakan gadis yang berteman dengan Apta sejak zaman SD.

o.Ibu Kirana ( Antagonis )

Watak : pemarah

Penokohan : Ibu Arimbi merupakan perempuan paruh baya serta orang terpandang yang tidak menyukai Arimbi (anaknya) berteman dengan Apta, karena ia takut Arimbi ikut terbawa pengaruh buruk.

p. Si Jupeng ( Antagonis )

Watak : memiliki aura negatif, indigo, peramal

Penokohan : Si Jupeng merupakan ayam jantan berwarna hitam pekat yang tinggal satu RT dengan Hartono. Si Jupeng pernah hampir berkelahi juga dengan Hartono karena ia pernah meramal kalau hubungan Hartono dengan Maryati tidak akan berjalan mulus.

q.Maryati ( Antagonis )

Watak : pembohong, pengkhianat

Penokohan :

 Maryati adalah ayam betina berwarna putih yang merupakan pujaan hati Hartono. Tetapi diam-diam Maryati berbohong kepada Hartono bahwa sebenarnya ia telah selingkuh dengan Si Jupeng, ayam kerempeng bahkan nyaris gepeng.

r.Banyu ( Antagonis )

Watak : pemarah, emosi

Penokohan : Banyu merupakan majikannya Maryati. Pemuda ini sering kali menghadiahi sandal jepit yang melayang kepada Hartono. Ia tidak merestui hubungan mereka, karena menurutnya Maryati terlalu Masya Allah untuk Hartono yang Astagfirullah dan juga Banyu sudah mendapatkan calon untuk Maryati yang jelas-jelas lebih berwibawa dan tidak suka eek sembarangan.

s.Si Anjing ( Antagonis )

Watak : kuat, kekar, garang

Penokohan : Si Anjing merupakan ayam jantan yang paling menakutkan milik Kepala Desa. Anjing memiliki tubuh besar dan berisi sehingga ditakuti di daerah Hartono tinggal. Ia diberi nama anjing karena kesigapannya dan keberaniannya melawan siapa pun yang mengganggu kenyamanan warga, untuk itu Anjing tidak segan untuk berkelahi.

t.Basuki ( Protagonis )

Watak : baik, pelupa, nakal, berbakti

Penokohan : Basuki merupakan sahabat Apta di sekolah. Ia benar-benar tipikal siswa yang selalu melupakan perintah guru seperti PR, Apta lah yang selalu menjadi penyelamatnya. Basuki itu anak yang paling nakal, bandelnya tidak ada yang bisa menandingi. Apta juga kadang kewalahan menggurui anak itu kalau tiba-tiba saja kelakuannya membuat semua orang geleng-geleng kepala. Tetapi nakal-nakal begini, Basuki itu anak yang sangat berbakti pada ibunya. Basuki rela menghabiskan masa mudanya untuk bekerja dan mengurus sang ibu seorang diri.

u.Pak Rusdi ( Antagonis )

Watak : angkuh, emosional, kasar, main tangan

Penokohan : Pak Rusdi merupakan laki-laki setengah baya yang menjadi Kepala Sekolah baru di sekolah Apta dan ternyata ia adalah adik Kirana alias pamannya Arimbi. Baru beberapa bulan menjabat, banyak kalangan anak bermasalah dan tidak menyukai Pak Rusdi, karena ia berkali-kali lipat lebih tegas dan galak dibandingkan kepala sekolah sebelumnya

v.Pak Kusno ( Tritagonis )

Watak : penengah, sabar,

Penokohan : Pak Kusno merupakan guru wali kelas Apta. Ia yang menengahi pertengkaran antara Pak Rusdi, Apta dan Basuki.

w.Pitak ( Protagonis )

Watak : baik, polos, ceria

Penokohan : Pitak merupakan laki-laki yang berumur 8 tahun. Ia sahabat kecilnya Apta dan sangat mengaguminya. Pitaklah yang memberitahu Apta bahwa ibunya pernah bilang kalau orang yang sudah dipanggil Tuhan, mereka bakalan terbang ke langit dan jadi bintang. Jadi kalau mas rindu sama ibu, lihat bintang saja nanti rindunya hilang. Ucap Pitak dengan polosnya.

x.Laras ( Protagonis )

Watak : baik, ceria

Penokohan : Laras merupakan gadis kembang desa yang berhasil menarik perhatian Dewangga, usianya satu tahun lebih muda dari Dewa. Mereka telah menjalin hubungan kurang lebih sudah satu tahun, walaupun sejak awal hubungannya tidak pernah disetujui oleh Bapak karena mereka berdua memeluk keyakinan yang berbeda.

Beberapa hari kemudian, setelah semuanya berlalu Laras memutuskan untuk menyudahi hubungannya dengan Dewangga, dengan alasan yang sudah jelas tentang hubungan yang mengambang dan sudah pasti tidak ada kejelasannya.

y.Arya ( Protagonis )

Watak : baik, polos, perhatian

Penokohan : Arya merupakan sahabat sejati satu-satunya yang Windu punya. Ia sangat khawatir dan panik ketika Windu berpura-pura sakit karena kehilangan Hartono. Dan Arya tipikal orang yang selalu bersemangat ketika menanggapi sesuatu yang membuatnya harus menerka-nerka.

Tokoh Figuran

1)Pak Yusril ( tetangga yang tinggal di samping rumahnya Pak Bimo/Pak RT )

2)Eli ( Ayam kerasukan )

3)Pak Dirman ( Tetangga dekat warung )

4)Pak Aep ( Guru Olahraga di Sekolah Apta )

5)Pakde Yanto

6)Tiar ( Teman sekelas Windu )

7)Tompel ( Ayam sahabat Tono )

4.Latar ( Setting )

a.Waktu

1)Pagi

a)"Windu!"

Windu yang semula masih asyik menonton perkelahian kecil di pagi hari ini, terpaksa harus menoleh ketika namanya dipanggil dari arah luar oleh Dipa. (hal 103)

b)Pagi ini keadaan rumah benar-benar kacau. Semuanya ribut dengan langkah kaki masing-masing. Sampai Windu pun rela terlambat ke sekolah hanya untuk menyusuri kebun, dan Apta yang rela dimarahi para petani karena kalang kabut berlarian tanpa tahu arah. Ternyata Hartono hilang. Sejak Subuh tadi suara kokoknya tidak terdengar sama sekali. (hal 222)

2)Siang

a)Siang itu, keseruan permainan kelereng membuat mereka sejenak melupakan kesedihan Ibu yang kini menangis sambil menatap kosong ke langit-langit kamar. Bapak memutuskan pergi mencari obat untuk Ibu, dan membuat tangisan Ibu semakin pilu karena Bapak tidak sadar dengan kesalahannya sendiri. Bahkan Simbah pun hanya mampu mengusap bahu Ibu, berharap agar tangisannya mereda. Sebab untuk sekadar memberikan saran pun, Simbah takut salah bicara. Ratna-Ibu itu mencintai Purnomo melebihi rasa cintanya pada diri sendiri. (hal 18)

b)Siang ini cuaca memang tidak secerah biasanya. Sebab sejak pagi, hujan turun dan baru selesai pukul sembilan tadi. Alhasil, walaupun sekarang sudah menunjukkan pukul dua belas, langit tetap redup ditutupi awan mendung. (hal 40)

c)Siang-siang begini, Dewangga sudah disuguhi pemandangan indah yang selalu berhasil membuat bunga-bunga bermekaran di hatinya. Walaupun agak tidak keren bertemu di warung dengan penampilan seperti ini, Dewangga tidak peduli, toh mau bagaimana pun penampilannya, dia akan selalu kelihatan ganteng di mata gadis itu. (hal 146)

3)Sore

a)Rasanya sore ini benar-benar sendu. Langit mendadak mendung sebab awan hitam menutupi cahaya matahari. Angin berembus kencang, seakan-akan ingin menyapu habis siapa pun yang berdiri di sana. Bumi mungkin sedang marah, bahkan pertengahan bulan kemarin, bumi juga sempat mengguncang kota meski guncangan tidak separah yang terjadi hari ini. Tapi tetap saja, siapa pun pasti akan ketakutan ketika mendapati bumi melepaskan amarahnya. (hal 172)

b)Sore ini Hartono sedang duduk manis di teras rumah dan menyandarkan kepalanya di paha Apta. Keduanya sama-sama sedang dilanda sakit hati dengan persoalan yang berbeda. Walaupun tidak separah Apta, Hartono juga sama sakitnya mendengar kebohongan dari mulut Maryati-ayam betina tetangga yang merangkap jadi pacarnya beberapa hari lalu. Sedangkan setahu Hartono, Apta sedang sakit hati karena ulah Bapak tadi pagi. (hal 192)

c)Tidak ada angin tidak ada hujan, mendadak semua dibuat heran sekaligus senang oleh Bapak. Sore ini, setelah semua berkumpul di rumah, Bapak mengajak Simbah dan anak-anak untuk menjenguk peristirahatan terakhir sang Istri. (hal 241)

d)Sore ini, seharusnya Apta dan anak-anak pergi mencari Hartono lagi sesuai jadwal. Tetapi karena siang tadi terjadi gempa bumi; alhasil Bapak tidak mengizinkan mereka untuk pergi. Apalagi Apta yang memang hampir membuat Bapak menyesal karena nyaris saja tertimpa genting rumah saat gempa bumi berlangsung. (hal 265)

4)Malam

a)Langit malam ini cerah karena kerlip bintang juga tampak indah di atas sana, Apta yang pertama kali menyadari itu, langsung berjalan menuju pelataran rumah.

"Apuwo, Ta?" tanya Khalid namun diabaikan adiknya.

Apta terus berjalan menuju pelataran rumah. Ia mendongakkan kepalanya dan terkagum-kagum dengan berbagai bintang yang bersinar indah di atas sana. (hal 114)

b)Malam ini Apta rela bergadang hanya untuk menumpahkan perasaannya pada buku kosong yang sengaja ia jadikan sebagai Diary. Saudaranya yang lain tidak pernah tahu, bahwa selama ini Apta selalu menuliskan setiap rasa-kesal, bahagia, kecewa bahkan marah pada buku Diary miliknya. (hal 205)

c)Habis gelap, terbitlah tera terang. Itu kalimat paling cocok untuk mendeskripsikan situasi malam ini di teras rumah. Sambil memandangi langit gelap penuh bintang, Apta tersenyum, begitu pun Bapak. Seolah Ibu hadir di sana dan turut meramaikan obrolan. Walaupun sejak pagi langit tampak sangat gelap, tetapi entah kenapa, malam ini bintang malah bermunculan begitu terang.

(hal 246)

d)Malam itu juga, sekiranya sekitar kurang lebih satu jam setelah tsunami menyapu seluruh kota. Tim SAR langsung terjun ke tempat kejadian, di mana banyak manusia tergeletak tak beraturan di sembarang tempat. Ada yang masih diberi napas, ada pula yang sudah tak terhitung berapa lama napasnya habis. (hal 290)

b.Tempat

1)Kamar

a)Di kamar, Bapak masih mematung. Mulutnya benar-benar kelu. Bahkan saat Ibu sudah banyak menjatuhkan air mata, Bapak sama sekali tidak mampu meredakan tangisan istrinya. ( hal 25 )

b)Simbah yang berada di kamar anaknya menjadi satu-satunya orang yang berusaha tegar. Air matanya sengaja ditahan lebih dalam hanya untuk menenangkan cucu-cucunya yang mulai mengerti dan menangis histeris. Tak terkecuali Apta. Anak itu menangis hebat sambil berlari mendekap tubuh Ibu. (hal 62)

2)Teras Rumah

a)Di teras rumah, Khalid masih termenung memikirkan Ibu yang menangis, entah saat makan atau waktu di kamar. Baginya, tangisan Ibu seperti tanda tanya besar, pun pesan-pesan Ibu tadi pagi, membuat pikiran Khalid semakin pusing saja. (hal 27)

b)Sambil melangkah keluar menuju teras rumah, Apta tersenyum begitu melihat Hartono dari balik jendela. Kemudian dengan langkah tegas dan bahu yang sedikit dinaikkan, Apta menghampiri Hartono yang sedang sarapan. Apta menilik lebih detail gerak-gerik Hartono. (hal 100)

3)Dapur

a)"Mbah!! Tolong, Mbah!" langkahnya berhenti di dapur ketika matanya sudah melihat keberadaan Simbah. Laki-laki tua yang sedang sibuk membakar kayu untuk memasak itu lantas dibuat tertawa oleh kelakuan cucunya. Walaupun tidak tahu apa yang terjadi, Simbah tetap tertawa. Persis seperti Mas Khalid, Simbah itu receh nya nggak ketulungan. (hal 93)

b)Sayup-sayup suara garpu yang beradu dengan panci di dapur seolah menjadi kabar baik. Sudah pukul sebelas lebih tiga puluh menit, tapi Apta masih asik memainkan senar gitar seorang diri tepat di depan jendela kamar. Saudaranya yang lain sudah lebih dulu tidur. (hal 200)

c)Dan di dapur, ada Simbah, Dewangga, dan Khalid yang sedang asik curhat satu sama lain. Dewangga dengan masalah cintanya, Khalid dengan masalahnya sebagai anak tertua, dan Simbah dengan kesabarannya mendengar curhatan dari Khalid begitu pun Dewangga. Ketiganya hanyut dalam obrolan yang mereka buat sejak beberapa menit lalu.

(hal 276)

4)Pantai

a)Di luar, ternyata anak-anak sedang bermain dengan Hartono di halaman rumah. Sedangkan Nadi sepertinya masih kesulitan membersihkan kandang Hartono tanpa ada yang membantunya. (hal 57)

b)"Apta. Pasti disembunyikan air."

Suara Dewangga memelan, terdengar sangat lirih di telinga Bapak. Dadanya kembali sesak. Apalagi ketika tahu kalau Apta sampai saat ini jasadnya masih belum juga ditemukan.

Padahal sudah lebih dari dua hari, tetapi hingga detik ini, Khalid dan Bapak masih belum mendapatkan kabar baik tentang Apta. Sampai rasanya, tingkatan benci yang Khalid rasakan pada laut pun, semakin hari semakin bertambah. Khalid sama seperti Dewangga. Mulai detik ini dan seterusnya, tidak akan pernah suka pada air. (hal 314)

5)Lapangan

a)"Yo wes. Sekarang kita main layangan di lapangan yuk," ajak Khalid kepada keenam saudaranya. Dengan kompak, mereka mengiyakan ajakan Khalid. (hal 29)

b)"Mas Apta!!" teriak beberapa anak yang mengenalinya. Apta punya banyak sekali teman sekampung dengan berbagai umur. Contohnya anak-anak SD seperti sekarang ini, yang kegirangan melihat kehadiran Apta di lapangan.

Mendengar sapaan antusias dari para sahabat kecilnya, Apta lantas berlari kecil menghampiri anak-anak itu dengan senyuman cerah yang selalu menjadi favorit mereka. (hal 131)

6)Masjid

Selepas shalat Magrib di masjid, ketujuh bersaudara itu tidak pulang melewati gang yang biasanya mereka lewati, mereka memilih gang kecil yang jalannya lebih cepat karena Apta yang memilih. Tidak ada yang membantah, sebab semuanya juga setuju selagi mereka bisa sampai rumah dengan cepat. (hal 108)

7)Pasar

a)"Biar Mas saja yang antar ke pasar." Khalid merapikan letak topinya sambil memutarkan tubuh dan melangkah keluar. "Mas tunggu di depan ya."

Senyum kemenangan tampak jelas di wajah mungil milik Nadi, laki-laki itu melangkah keluar dari kamar dan dengan sengaja menyenggol bahu Apta saat berpapasan di ambang pintu. (hal 103)

b)Sepanjang jalan menuju pasar, Bapak diam-diam melirik tangan Windu yang ternyata tanpa ia sadari, sudah menyentuh pinggang Bapak. Bapak tahu, Windu pasti malu, Windu canggung karena untuk pertama kalinya setelah sekian lama, mereka bisa sedekat ini lagi. Berbeda dengan dulu. Bapak bahkan bisa lupa untuk pulang, Bapak sengaja mengasingkan diri dari anak-anak karena kelakuannya sendiri. (hal 252)

8)Warung

a)Melihat Laras melangkah dengan pandangan tertunduk, Dewangga benar-benar kehilangan kata-kata. Dengan perasaan campur aduk, Dewangga pergi ke dalam warung, meninggalkan bapak yang masih berdiri di depan sana.

"Jangan Cuma karena masalah sepele seperti ini, hatimu jadi semakin keras, Dewangga. Ingat, kamu masih butuh Bapak." (hal 152)

b)Pulang dari warung, sambil menenteng termos dan karpet gulung, Apta dibuat bingung dengan pemandangan di hadapannya sekarang. Di mana terlihat sangat jelas saudara-saudaranya sedang berkumpul di teras rumah bersama kuas serta cat yang entah mereka gunakan untuk apa. (hal 167)

c.Suasana

1)Bahagia

a)Suasana makan berubah menjadi hangat. Apalagi ketika perbincangan santai mereka yang dimulai saat Esa bercerita tentang Sekolah, ditambah Apta yang semakin memanas-manasi suasana, dan Simbah yang hanya bisa tertawa mendengar Apta bercerita. Apta memang nakal tapi ia paling bisa mencarikan suasana. (hal 15)

b)"Assalamu'alaikum."

Seketika Nadi, Dewangga dan juga Apta yang kebetulan masih berada di luar rumah, bersorak gembira begitu mata mereka menemukan Bapak sedang berjalan menuju rumah.

Senyuman Bapak selalu yang paling ceria di mata mereka walaupun setelah seharian bekerja. Karena mau selelah apa pun Bapak, kalau sudah sampai di rumah dan disambut oleh senyuman gembira dari anak-anak, rasa lelah itu langsung luntur dalam sekejap. Seperti sekarang contohnya, saat di mana Apta, Dewangga, juga Nadi, berlari ke arah Bapak kemudian memeluknya seerat mungkin.(hal 56)

2)Sedih

a)Tidak ada jawaban, Ibu hanya tersenyum tanpa mengalihkan tatapannya dari Bapak. Tanpa sadar, air mata jatuh membasahi pelupuk mata Ibu. Rasanya begitu menyakitkan. Sesak sekali hatinya. Ibu sangat menyayangi Bapak melebihi apa pun. (hal 16)

b)Hingga tanpa sadar, air mata jatuh begitu saja, Ibu merasakan perasaan sakit yang entah di mana rasa itu singgah. Bahkan Ibu sendiri pun kewalahan menahan sakitnya, sampai membuat kening anak-anak ikut basah karena air mata yang terus jatuh tanpa henti. (hal 36)

c)Helaan napas panjang yang terkesan berat, menjadi reaksi Bapak setelah mendengar kalimat itu. Hanya rasa sakit yang bisa Bapak rasakan sekarang. Bapak tidak sanggup membayangkan kemungkinan-kemungkinan buruk yang bisa saja terjadi pada Ibu. (hal 58)

d)"Ibu, ini Mas. Mas mau bantu Ibu minum obat." Untuk ketiga kalinya laki-laki berumur 17 tahun itu mengusap lembut wajah sang Ibu, berharap mata yang terpejam itu perlahan terbuka seperti biasa. Tapi justru yang ada Khalid malah terlihat semakin panik, jantungnya berdetak dua kali lebih cepat saat menyadari kalau ternyata Ibu tidak lagi menarik dan membuang napasnya. (hal 61)

e)"Nadi, Esa, Dipa, Windu, dan Simbah, sudah lebih dulu dipanggil Tuhan."

Air matanya kembali jatuh. Dewangga masih belum bisa menerima semuanya, Dewangga ingin berteriak sekecang mungkin dan memberitahu pada Tuhan kalau ia tidak terima. Dewangga tidak mau dipisahkan dengan cara seperti ini. (hal 310)

f)"LAUTT!!! JANGAN SEMBUNYIKAN APTA TERLALU LAMA!"

"KAMU SUDAH AMBIL SEMUANYA YANG AKU PUNYA!

"SERAKAH KALAU KAMU NGGAK MAU KEMBALIKAN APTA PADA AKU, DEWA DAN BAPAK!"

Bapak berlari saat itu juga begitu menyadari kalau tubuh Khalid mulai terlihat lemas. Suaranya habis.

"Sudah, ya, sudah." (hal 316)

3)Kesal

a)Kemudian embusan napas panjang terdengar, itu dari Esa langsung yang menginterupsi. Esa terlihat begitu kesal melihat kakak-kakaknya bertengkar hampir setiap hari, bahkan setiap menit ada saja masalah yang diciptakan. (hal 54)

b)Seraya mengatur napasnya yang tak beraturan, Apta mengerutkan kening ketika baru menyadari kalau Windu tidak ada bersama mereka.

"KOK PADA TINGGALIN AKU, SIH!"

Semuanya menoleh ke arah belakang begitu teriakan Windu terdengar dengan suara bergetar menahan tangis. Anak itu memajukan bibirnya beberapa centi sambil memberikan mangga itu pada tangan Dewangga. (hal 110)

4)Galau

a)Seraya menyusuri jalan menuju pulang, Hartono seperti kehilangan separuh nyawanya, langkah Tono sesekali limbung dan berakhir menabrak bebatuan, kalau saja teriakan dari arah depan tidak terdengar, mungkin ia sudah jatuh tersungkur. (hal 106)

b)Sejak awal, pintu kamar sengaja Dewangga kunci karena tidak mau kegalauannya diganggu oleh siapa pun. Suasana hatinya benar- benar buruk, bahkan bantal Nadi yang tidak punya salah pun terkena imbasnya. Bantal berwarna merah muda itu dilempar ke sembarang arah karena menghalangi gerak kakinya. Begitu nahas dan memprihatinkan.

"Kenapa, sih!? Kenapa aku harus berbeda keyakinan dengan Laras? Kenapa Laras nggak diciptakan untuk memeluk keyakinan yang sama denganku?" Sambil menatap pantulan dirinya di dalam cermin lemari, Dewangga bertanya-tanya. (hal 22)

c)"Aku nggak sakit betulan! Aku Cuma lagi sedih. Hartono hilang.."

Embusan napas panjang terdengar selepas Windu mengucapkan inu. Hatinya kembali berkecamuk. Sedangkan Arya malah dibuat kager setelah mendengar ucapan Windu. Arya tahu siapa Hartono, Windu selalu menceritakan ayam jantan itu setiap hari tanpa henti padanya. Dan mendengar berita ini, jelas membuat Arya kaget bukan main, apalagi sampai bisa membuat Windu menangis sedemikian rupa. (hal 227)

5)Marah

a)Kini Basuki yang angkat bicara setelah beberapa menit lalu ia hanya menjadi pendengar setia.

"Masih untung kamu enggak saya hajar, Rusdi. Beraninya mengajari sopan santun, tahu apa kamu soal sopan santun?" Kali ini Basuki yang buka suar, dan langsung membuat Pak Rusdi kembali beranjak dengan napas memburu. Begitu terlihat sangat muak dan ingin sekali menghajar Basuki sampai babak belur, jika saja ia tidak ingat dengan jabatannya mungkin Kepala Sekolahnya itu tidak segan-segan menghadangnya saat pulang nanti. (hal 126)

b)Emosinya sudah melewati batas, hingga tanpa Bapak sadari, wajahnya memerah, memperlihatkan urat-urat yang perlahan menonjol dari pelipisnya.

"LAWAN BAPAK SEKARANG!!"

(hal 182)

6)Panik

a)"Bapaaakk! Windu takut, Pak!"

Bapak menggeleng, ia peluk lebih erat bahu Windu. Tanpa bisa mengucapkan apa pun selain beristigfar, Bapak memeluk putra- putranya. Meskipun tidak semua, sebab Nadi, Esa dan Dewangga, Khalid peluk sambil berlindung di balik tubuh Bapak.

(hal 273)

5.Sudut Pandang

Sudut pandang dalam Novel "Laut Pasang 1994" ini menggunakan sudut pandang orang ketiga yaitu salah satu sudut penceritaan dimana penulis berada di luar cerita dan menyebutkan tokoh dengan nama-nama mereka atau kata ganti orang ketiga (dia atau mereka). Contohnya: Bapak, Ibu, Simbah, Khalid, Nadi, Dewangga, Apta, Esa, Dipa, Windu dan lain-lain.

6.Gaya Bahasa

Novel "Laut Pasang 1994" menggunakan gaya bahasa deskriptif yang menggambarkan secara detail kehidupan dan peristiwa yang dialami oleh keluarga tersebut. Gaya bahasa ini memungkinkan pembaca untuk merasakan emosi dan perjuangan yang dialami oleh setiap karakter dalam cerita. Di dalam novel ini juga terdapat beberapa bahasa daerah (bahasa Jawa) di dalam percakapan, bahasa Jawa yang ringan dan masih bisa diterjemahkan (mudah dimengerti oleh pembaca).

7.Amanat

Amanat yang dapat diambil dari cerita novel "Laut Pasang 1994" adalah pentingnya keluarga dan persatuan dalam menghadapi cobaan hidup. Meskipun keluarga dalam cerita ini mengalami banyak kesulitan dan konflik, mereka tetap bersatu dan saling mendukung satu sama lain. Amanat ini mengajarkan kita untuk tidak membenci orang tua kita, meskipun mereka memiliki kekurangan dan kesalahan. Selain itu, cerita ini juga menggambarkan betapa pentingnya menghargai setiap detik kehidupan dan memanfaatkannya sebaik mungkin untuk kebaikan diri sendiri dan orang lain.

a.Tersirat (Langsung)

Pengarang menyampaikannya pentingnya hubungan keluarga, bagaimana cinta dan dukungan dari orang terdekat dapat membantu mengatasi kesulitan, serta bagaimana menghadapi masa-masa sulit dalam kehidupan.

b.Tersurat (Tidak Langsung)

Pengarang menyampaikan tentang kekuatan keluarga dalam menghadapi tragedi dan kehilangan yang mendalam, serta bagaimana mereka belajar untuk saling memaafkan dan menguatkan satu sama lain dalam menghadapi cobaan hidup. Melalui cerita ini, pembaca diajak untuk merenungkan tentang nilai-nilai keluarga, kesabaran, cinta, dan harapan di tengah kehidupan yang penuh dengan tantangan.

PENUTUP

        Saya Dzuliqa Romilia Putri sebagai mahasiswi Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia benar-benar merasa bangga terhadap penulis, yakni Lilpudu karena novel ini sangat menginspirasi. Bercerita tentang kekuatan keluarga dalam menghadapi cobaan yang tak terduga. Mereka juga dapat merenungkan tentang pentingnya kesabaran, pengampunan, dan harapan dalam menghadapi kesulitan. Novel ini juga dapat mendorong saya pribadi sebagai pembaca untuk lebih menghargai hubungan keluarga, belajar untuk bersabar dan memaafkan, serta tetap berharap dan percaya dalam menghadapi tantangan hidup serta masa-masa sulit. Dengan menerapkan nilai-nilai ini dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat menjadi pribadi yang lebih kuat dan mampu menghadapi berbagai cobaan yang datang.

        Sebagai mahasiswa milenial, novel ini memberikan beberapa pelajaran dan saran yang relevan. Pertama, pentingnya menghargai dan memelihara hubungan keluarga. Meskipun keluarga dalam novel ini mengalami konflik dan kesulitan, mereka tetap bersatu dan saling mendukung satu sama lain. Hal ini mengingatkan kita untuk tidak mengabaikan hubungan keluarga kita sendiri dan selalu berusaha memperkuat ikatan tersebut.

        Kedua, novel ini mengajarkan tentang pentingnya kesabaran dan pengampunan. Meskipun bapak dalam cerita ini memiliki keburukan dan perilaku yang sulit dihadapi, anak-anaknya tetap mencoba untuk memaafkannya dan mengingat pesan ibu mereka untuk tidak membenci bapak mereka. Ini mengingatkan kita bahwa dalam menghadapi kesulitan dan konflik dalam keluarga, kesabaran dan pengampunan dapat membantu memperbaiki hubungan dan menciptakan kedamaian.

        Terakhir, novel ini mengajak kita untuk tetap berharap dan percaya bahwa kita dapat bangkit dari keterpurukan. Meskipun keluarga dalam cerita ini mengalami kehilangan yang mendalam, mereka tetap mencoba untuk bangkit dan melanjutkan hidup. Ini mengingatkan kita bahwa dalam menghadapi masa-masa sulit, penting untuk tetap memiliki harapan dan keyakinan bahwa kita dapat melewati cobaan tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
  20. 20
  21. 21
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun