"Sudah, ya, sudah." (hal 316)
3)Kesal
a)Kemudian embusan napas panjang terdengar, itu dari Esa langsung yang menginterupsi. Esa terlihat begitu kesal melihat kakak-kakaknya bertengkar hampir setiap hari, bahkan setiap menit ada saja masalah yang diciptakan. (hal 54)
b)Seraya mengatur napasnya yang tak beraturan, Apta mengerutkan kening ketika baru menyadari kalau Windu tidak ada bersama mereka.
"KOK PADA TINGGALIN AKU, SIH!"
Semuanya menoleh ke arah belakang begitu teriakan Windu terdengar dengan suara bergetar menahan tangis. Anak itu memajukan bibirnya beberapa centi sambil memberikan mangga itu pada tangan Dewangga. (hal 110)
4)Galau
a)Seraya menyusuri jalan menuju pulang, Hartono seperti kehilangan separuh nyawanya, langkah Tono sesekali limbung dan berakhir menabrak bebatuan, kalau saja teriakan dari arah depan tidak terdengar, mungkin ia sudah jatuh tersungkur. (hal 106)
b)Sejak awal, pintu kamar sengaja Dewangga kunci karena tidak mau kegalauannya diganggu oleh siapa pun. Suasana hatinya benar- benar buruk, bahkan bantal Nadi yang tidak punya salah pun terkena imbasnya. Bantal berwarna merah muda itu dilempar ke sembarang arah karena menghalangi gerak kakinya. Begitu nahas dan memprihatinkan.
"Kenapa, sih!? Kenapa aku harus berbeda keyakinan dengan Laras? Kenapa Laras nggak diciptakan untuk memeluk keyakinan yang sama denganku?" Sambil menatap pantulan dirinya di dalam cermin lemari, Dewangga bertanya-tanya. (hal 22)
c)"Aku nggak sakit betulan! Aku Cuma lagi sedih. Hartono hilang.."