Mohon tunggu...
dzuliqa romiliaputri
dzuliqa romiliaputri Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Mahasiswa program studi pendidikan bahasa indonesia

Saya baru mencoba untuk membuat suatu karya tulisan

Selanjutnya

Tutup

Book

Sinopsis dan Unsur Intrinsik Novel Laut Pasang 1994 karya Lilpudu

18 Desember 2023   02:30 Diperbarui: 18 Desember 2023   04:48 19196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Book. Sumber ilustrasi: Freepik

a)Langit malam ini cerah karena kerlip bintang juga tampak indah di atas sana, Apta yang pertama kali menyadari itu, langsung berjalan menuju pelataran rumah.

"Apuwo, Ta?" tanya Khalid namun diabaikan adiknya.

Apta terus berjalan menuju pelataran rumah. Ia mendongakkan kepalanya dan terkagum-kagum dengan berbagai bintang yang bersinar indah di atas sana. (hal 114)

b)Malam ini Apta rela bergadang hanya untuk menumpahkan perasaannya pada buku kosong yang sengaja ia jadikan sebagai Diary. Saudaranya yang lain tidak pernah tahu, bahwa selama ini Apta selalu menuliskan setiap rasa-kesal, bahagia, kecewa bahkan marah pada buku Diary miliknya. (hal 205)

c)Habis gelap, terbitlah tera terang. Itu kalimat paling cocok untuk mendeskripsikan situasi malam ini di teras rumah. Sambil memandangi langit gelap penuh bintang, Apta tersenyum, begitu pun Bapak. Seolah Ibu hadir di sana dan turut meramaikan obrolan. Walaupun sejak pagi langit tampak sangat gelap, tetapi entah kenapa, malam ini bintang malah bermunculan begitu terang.

(hal 246)

d)Malam itu juga, sekiranya sekitar kurang lebih satu jam setelah tsunami menyapu seluruh kota. Tim SAR langsung terjun ke tempat kejadian, di mana banyak manusia tergeletak tak beraturan di sembarang tempat. Ada yang masih diberi napas, ada pula yang sudah tak terhitung berapa lama napasnya habis. (hal 290)

b.Tempat

1)Kamar

a)Di kamar, Bapak masih mematung. Mulutnya benar-benar kelu. Bahkan saat Ibu sudah banyak menjatuhkan air mata, Bapak sama sekali tidak mampu meredakan tangisan istrinya. ( hal 25 )

b)Simbah yang berada di kamar anaknya menjadi satu-satunya orang yang berusaha tegar. Air matanya sengaja ditahan lebih dalam hanya untuk menenangkan cucu-cucunya yang mulai mengerti dan menangis histeris. Tak terkecuali Apta. Anak itu menangis hebat sambil berlari mendekap tubuh Ibu. (hal 62)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
  20. 20
  21. 21
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun