Embusan napas panjang terdengar selepas Windu mengucapkan inu. Hatinya kembali berkecamuk. Sedangkan Arya malah dibuat kager setelah mendengar ucapan Windu. Arya tahu siapa Hartono, Windu selalu menceritakan ayam jantan itu setiap hari tanpa henti padanya. Dan mendengar berita ini, jelas membuat Arya kaget bukan main, apalagi sampai bisa membuat Windu menangis sedemikian rupa. (hal 227)
5)Marah
a)Kini Basuki yang angkat bicara setelah beberapa menit lalu ia hanya menjadi pendengar setia.
"Masih untung kamu enggak saya hajar, Rusdi. Beraninya mengajari sopan santun, tahu apa kamu soal sopan santun?" Kali ini Basuki yang buka suar, dan langsung membuat Pak Rusdi kembali beranjak dengan napas memburu. Begitu terlihat sangat muak dan ingin sekali menghajar Basuki sampai babak belur, jika saja ia tidak ingat dengan jabatannya mungkin Kepala Sekolahnya itu tidak segan-segan menghadangnya saat pulang nanti. (hal 126)
b)Emosinya sudah melewati batas, hingga tanpa Bapak sadari, wajahnya memerah, memperlihatkan urat-urat yang perlahan menonjol dari pelipisnya.
"LAWAN BAPAK SEKARANG!!"
(hal 182)
6)Panik
a)"Bapaaakk! Windu takut, Pak!"
Bapak menggeleng, ia peluk lebih erat bahu Windu. Tanpa bisa mengucapkan apa pun selain beristigfar, Bapak memeluk putra- putranya. Meskipun tidak semua, sebab Nadi, Esa dan Dewangga, Khalid peluk sambil berlindung di balik tubuh Bapak.
(hal 273)