Mohon tunggu...
dzuliqa romiliaputri
dzuliqa romiliaputri Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Mahasiswa program studi pendidikan bahasa indonesia

Saya baru mencoba untuk membuat suatu karya tulisan

Selanjutnya

Tutup

Book

Sinopsis dan Unsur Intrinsik Novel Laut Pasang 1994 karya Lilpudu

18 Desember 2023   02:30 Diperbarui: 18 Desember 2023   04:48 19196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Book. Sumber ilustrasi: Freepik

Suara Dewangga memelan, terdengar sangat lirih di telinga Bapak. Dadanya kembali sesak. Apalagi ketika tahu kalau Apta sampai saat ini jasadnya masih belum juga ditemukan.

Padahal sudah lebih dari dua hari, tetapi hingga detik ini, Khalid dan Bapak masih belum mendapatkan kabar baik tentang Apta. Sampai rasanya, tingkatan benci yang Khalid rasakan pada laut pun, semakin hari semakin bertambah. Khalid sama seperti Dewangga. Mulai detik ini dan seterusnya, tidak akan pernah suka pada air. (hal 314)

5)Lapangan

a)"Yo wes. Sekarang kita main layangan di lapangan yuk," ajak Khalid kepada keenam saudaranya. Dengan kompak, mereka mengiyakan ajakan Khalid. (hal 29)

b)"Mas Apta!!" teriak beberapa anak yang mengenalinya. Apta punya banyak sekali teman sekampung dengan berbagai umur. Contohnya anak-anak SD seperti sekarang ini, yang kegirangan melihat kehadiran Apta di lapangan.

Mendengar sapaan antusias dari para sahabat kecilnya, Apta lantas berlari kecil menghampiri anak-anak itu dengan senyuman cerah yang selalu menjadi favorit mereka. (hal 131)

6)Masjid

Selepas shalat Magrib di masjid, ketujuh bersaudara itu tidak pulang melewati gang yang biasanya mereka lewati, mereka memilih gang kecil yang jalannya lebih cepat karena Apta yang memilih. Tidak ada yang membantah, sebab semuanya juga setuju selagi mereka bisa sampai rumah dengan cepat. (hal 108)

7)Pasar

a)"Biar Mas saja yang antar ke pasar." Khalid merapikan letak topinya sambil memutarkan tubuh dan melangkah keluar. "Mas tunggu di depan ya."

Senyum kemenangan tampak jelas di wajah mungil milik Nadi, laki-laki itu melangkah keluar dari kamar dan dengan sengaja menyenggol bahu Apta saat berpapasan di ambang pintu. (hal 103)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
  20. 20
  21. 21
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun