Suara Dewangga memelan, terdengar sangat lirih di telinga Bapak. Dadanya kembali sesak. Apalagi ketika tahu kalau Apta sampai saat ini jasadnya masih belum juga ditemukan.
Padahal sudah lebih dari dua hari, tetapi hingga detik ini, Khalid dan Bapak masih belum mendapatkan kabar baik tentang Apta. Sampai rasanya, tingkatan benci yang Khalid rasakan pada laut pun, semakin hari semakin bertambah. Khalid sama seperti Dewangga. Mulai detik ini dan seterusnya, tidak akan pernah suka pada air. (hal 314)
5)Lapangan
a)"Yo wes. Sekarang kita main layangan di lapangan yuk," ajak Khalid kepada keenam saudaranya. Dengan kompak, mereka mengiyakan ajakan Khalid. (hal 29)
b)"Mas Apta!!" teriak beberapa anak yang mengenalinya. Apta punya banyak sekali teman sekampung dengan berbagai umur. Contohnya anak-anak SD seperti sekarang ini, yang kegirangan melihat kehadiran Apta di lapangan.
Mendengar sapaan antusias dari para sahabat kecilnya, Apta lantas berlari kecil menghampiri anak-anak itu dengan senyuman cerah yang selalu menjadi favorit mereka. (hal 131)
6)Masjid
Selepas shalat Magrib di masjid, ketujuh bersaudara itu tidak pulang melewati gang yang biasanya mereka lewati, mereka memilih gang kecil yang jalannya lebih cepat karena Apta yang memilih. Tidak ada yang membantah, sebab semuanya juga setuju selagi mereka bisa sampai rumah dengan cepat. (hal 108)
7)Pasar
a)"Biar Mas saja yang antar ke pasar." Khalid merapikan letak topinya sambil memutarkan tubuh dan melangkah keluar. "Mas tunggu di depan ya."
Senyum kemenangan tampak jelas di wajah mungil milik Nadi, laki-laki itu melangkah keluar dari kamar dan dengan sengaja menyenggol bahu Apta saat berpapasan di ambang pintu. (hal 103)