Saat melakukan gerakan shalat, terutama saat rukuk dan sujud, diafragma dan otot-otot pernapasan lainnya bekerja lebih keras untuk mengatur pernapasan yang lebih dalam dan lambat. Posisi sujud, di mana dada mendekati lantai, memaksa paru-paru untuk bekerja lebih efisien dalam mengambil dan mengeluarkan udara.Â
Hal ini dapat membantu meningkatkan elastisitas paru-paru dan kapasitas vital, yang penting untuk kesehatan pernapasan. Menurut studi oleh Y. F. Cheng dalam "The Effects of Deep Breathing Exercises on Lung Function in Patients with Chronic Obstructive Pulmonary Disease" (Respiratory Medicine, 2009), latihan pernapasan yang teratur dapat meningkatkan fungsi paru-paru dan kapasitas vital.
    Selain itu, gerakan shalat yang dilakukan secara berulang dengan fokus pada ketenangan dan konsentrasi juga dapat membantu mengurangi stres dan kecemasan, yang sering kali mempengaruhi pola pernapasan. Aktivitas shalat yang khusyuk mirip dengan meditasi, yang diketahui dapat memperbaiki pola pernapasan dan meningkatkan kesejahteraan mental.Â
Menurut Jon Kabat-Zinn dalam "Mindfulness-Based Stress Reduction and Health Benefits" (Journal of Psychosomatic Research, 2003), meditasi dan praktik yang berfokus pada pernapasan dapat membantu menenangkan pikiran, mengurangi stres, dan memperbaiki kesehatan pernapasan.Â
Dengan demikian, gerakan shalat tidak hanya memberikan manfaat fisik melalui pernapasan yang lebih dalam dan lambat tetapi juga mendukung kesehatan mental yang secara tidak langsung berkontribusi pada peningkatan kesehatan pernapasan secara keseluruhan.
6. Kesehatan Pencernaan
       Gerakan shalat yang dilakukan lima kali sehari dapat memberikan manfaat signifikan bagi kesehatan pencernaan. Setiap gerakan dalam shalat, mulai dari berdiri, rukuk, hingga sujud, melibatkan perubahan posisi tubuh yang dapat merangsang organ pencernaan dan meningkatkan aliran darah ke perut.Â
Aktivitas fisik ini mirip dengan latihan ringan yang dapat membantu memperbaiki fungsi pencernaan dan mengurangi gejala gangguan pencernaan. Menurut penelitian oleh R.K. Chitkara et al. dalam "Physical Activity and its Effect on Gastrointestinal Disorders" (American Journal of Gastroenterology, 2008), aktivitas fisik yang teratur dapat meningkatkan motilitas usus dan membantu mengurangi risiko sembelit serta gangguan pencernaan lainnya.
      Gerakan rukuk dan sujud dalam shalat memberikan pijatan lembut pada organ-organ perut, termasuk lambung dan usus. Posisi tubuh yang membungkuk ke depan dan menekan perut membantu merangsang sistem pencernaan, yang dapat meningkatkan peristaltik usus dan membantu proses pencernaan.Â
Ketika tubuh dalam posisi sujud, gravitasi membantu pergerakan makanan melalui sistem pencernaan, yang dapat mengurangi risiko kembung dan sembelit. Studi oleh A. Singh et al. dalam "The Impact of Yoga and Physical Exercise on Digestive Health" (Journal of Gastrointestinal Health, 2010) menunjukkan bahwa gerakan yang melibatkan peregangan dan kompresi perut dapat membantu memperbaiki fungsi pencernaan dan mengurangi gejala gangguan pencernaan.
      Selain itu, praktik shalat yang teratur juga dapat membantu mengurangi stres dan meningkatkan kesehatan mental, yang memiliki dampak langsung pada kesehatan pencernaan. Stres diketahui dapat mempengaruhi fungsi pencernaan dan menyebabkan gangguan seperti sindrom iritasi usus besar (IBS) dan dispepsia. Aktivitas shalat yang dilakukan dengan khusyuk dan konsentrasi penuh mirip dengan meditasi, yang telah terbukti dapat mengurangi tingkat hormon stres seperti kortisol.Â