“Zaniar tidak belagu Bu!” tiba-tiba dari belakang terdengar suara berat. Bu Yati kaget.
“Pak Nanto?”
“Ya. Saya wali kelasnya Zaniar. Saya tahu dia, saya rasa ia tidak belagu. Tidak sedang meremehkan siapa-siapa.”
“Pak Nanto tahu kasusnya apa?”
“Kalau ke Bu Yati pasti urusannya uang.”
“Nah itulah. Dia itu sudah menunggak enam bulan. Kepala sekolah sudah berpesan ke saya, dana BKM untuk Zaniar sudah terlalu banyak. Sejak ia kelas sepuluh. Sekarang mau dioper ke anak lain dulu.”
“Oooo….. begitu. Tapi mestinya ibu yang bijak sedikit. Kalau anak itu mau diberi berita yang menyedihkan, jangan ibu marah-marahin.”
“Biar saja!”
“Ini lingkungan pendidikan Bu. Kita harus tahu psikologis anak.”
“Aaaah sudahlah Pak, jangan ceramah. Saya ini lebih tua daripada Pak Nanto.”
Pak Nanto hanya menghela nafas mendengar kata-kata Bu Yati. Tak ada gunanya ia melanjutkan berdebat dengan perempuan itu. Wali kelas Zaniar yang satu ini memilih meninggalkan Bu Yati. Dalam hatinya membenarkan laporan dari anak-anak, bahwa memang bendahara sekolah Bu Yati ini orangnya judes. Bahkan kata anak-anak sangat menyebalkan.