“Ya, ya… silakan! Nanti dari Bu Yati kamu ke Bapak dulu ya.”
“Insya Allah Pak.”
“Kenapa Insya Allah?”
“Saya tidak yakin akan menghadap Bapak. Siapa tahu lama.”
“Oooo…. tapi, tapi …. “
“Insya Allah Pak…. permisi Pak.”
Tanpa menunggu jawaban Pak Nanto, Zaniar melanjutkan langkahnya. Wali kelasnya terbengong-bengong. Zaniar tidak peduli. Baginya tak harus banyak basa-basi. Sebuah sifat yang paling menonjol di mata teman-temannya juga begitu. Zaniar orangnya terlalu serius. Tak banyak waktu untuk bercanda yang tak perlu.
Empat menit Zaniar sampai di depan ruang bendahara. Pintunya agak terbuka sedikit. Ketika Zaniar akan masuk, dari dalam keluar Bu Yati.
“Naaa…. ini Zaniar !”
“Ya Bu.”
“Kebetulan sekali ….. tolong kamu ke kantin Bi Marni dulu, tolong ibu belikan lotek ya. Ini uangnya. Lima ribu saja. Yang pedas.”