Mohon tunggu...
Didik Sedyadi
Didik Sedyadi Mohon Tunggu... Administrasi - Suka berdiskusi tentang matematika bersama anak-anak SMAN 1 Majalengka. Hobby menulis. Tinggal di Majalengka Jawa Barat

Suka berdiskusi tentang matematika bersama anak-anak SMAN 1 Majalengka. Hobby menulis. Tinggal di Majalengka Jawa Barat

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Novel: KYAI KERAMAT (4)

2 Mei 2014   18:04 Diperbarui: 27 Agustus 2018   22:53 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Astaghfirullah Waaak…. Sampai sejauh itukah orang kampung menganggapku begitu? Atau hanya kamu saja?”

“Ya saya saja Sang Kyai.”

“Kalau begitu jangan katakan orang kampung. Dan kata-katamu yang menganggap aku ini nabi salah besar. Demi Allah salah Wak! Nabi terakhir itu Nabi Muhammad SAW. Setelah itu tak ada nabi lagi. Makanya banyak belajar Wak. Uwak pernah ke pesantren ini?”

“Pernah.”

“Kapan?”

“Waktu pembukaan pesantren…. “

“Dua puluh tahunan yang lalu.”

“Mungkin.”

“Wak pernah shalat di Masjid An Najm?”

“Belum.”

“Astaghfirullah…… kalau di Masjid Widodaren?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun