“Oooo ada apa ya? Biasanya kalau ada keperluan Kyai Soleh Darajat minta ijin langsung ke saya …. tapi biarlah, mungkin mendadak. Mungkin ada keperluan dengan Niar.”
Seperti apa yang dikatakan Kyai Ahmad Hong, sepeninggal Wak Wardan serta Sang Kyai membubarkan pertemuan, Kyai Soleh Darajat menemui Kyai Ahmad Hong minta ijin sebentar tanpa menyampaikan alasan yang jelas. Ketika Kyai Ahmad Hong menyarankan untuk ijin langsung ke Sang Kyai, Kyai Soleh Darajat mengatakan segan, sebab tampaknya Sang Kyai sedang tidak enak hati. Rupanya dalam waktu yang sama, istri Kyai Soleh Darajat juga minta ijin pulang sebentar.
“Bu, ini semua gara-gara si Wardan itu! Dia mengatakan di depan Sang Kyai bahwa kotak amal di pesantren itu dobel! Ketika Sang Kyai kaget, maka tadi aku keluar sebentar menelpon kamu.”
“Sudah Pak, aman, Rokim sudah saya telpon, mulai hari ini sampai nanti entah kapan, kegiatan mengedarkan kotak amal di halaman pesantren dihentikan dulu.”
“Aman bagaimana? Kalau sampai Sang Kyai mengurusnya sampai mencari-cari siapa yang melakukan, pasti nanti akan ketemu juga. Aku bakal malu. Bagaimana Bu?”
“Ya sudah, biar aman yang penting hasil sodaqoh itu disiapkan, nanti kalai Sang Kyai memang melacaknya kita berikan saja.”
“Ya sudah siapkan saja. Semuanya berapa?”
“Itu masalahnya. Seluruh uang sodaqoh sudah saya kirim ke Niar, untuk menambah bayar kost.”
“Ya ampuuuuun…. kan uang kost sudah saya beri. Ke mana uang itu?”
“Niar pindah kost. Sekarang sewanya lima setengah. Dari Bapak kemarin hanya empat juta, jadi kekurangan satu setengah saya ambil dari kotak itu.”
“Ampuuuunn….. kenapa tidak bilang dulu?”