“Tak tahulah. Tapi katanya ia akan menulis tentang tema kefakiran yang mendekatkan kepada kekufuran.”
“Kira-kira ke mana?”
“Ke lingkungan pesantren saja sih Pak. Tak tahulah apa yang dipikirkan anak gadis itu. Terus katanya, si Niar juga butuh respon dari masyarakat untuk menanggapi bahan karya ilmiahnya.”
“Bagaimana caranya?”
“Inginnya Niar berdiskusi dengan santri. Mau tidak mau harus ada pertemuan khusus. Katanya malah ada filmnya.”
“Film apa?”
“Tak tahulah Pak, katanya alatnya dapat pinjam dari Pak Damar.”
“Ya ampuuun anak ini. Dulu katanya tidak suka dengan pak guru itu, ibu tahu kan waktu anak kita menolak lamaran guru itu?”
“Iya ingat.”
“Terus sekarang mengapa Niar masih berhubungan. Ini namanya memberi harapan kosong ke Pak Damar lho Bu.”
“Ya tak apalah kalau memang si Niar sudah berubah pikiran.”