Dimas hanya terdiam, entah kemana suaranya. Mungkin hilang ditelan keberaniannya yang menatapku erat.
Oh, aku tak suka. Dadaku sesak. Aku hampir tak mampu bernafas.Â
Dimas!!! Berhentilah menatapku. Kau membunuhku
Aku tak berani melihatnya. Kembali kulempar pandanganku ke arah kakiku yang berbalut flat shoes warna peach kesukaanku.
Dimaaaas!! Kumohon jangan tersenyum lagi....hentikan semua...
"Ya, kan tinggal revisi doang. Gitu aja kok repot," sahutnya melegakanku.Â
Sesegera mungkin aku mengucapkan terimakasih tanpa kata-kata, dan berlari ke arah motor matic ku di halaman cafe.Â
Kupacu motorku. Kulihat jam di tanganku, pukul 09:00. Mungkin terlalu pagi untuk mengunjungi kantor sebesar Andromeda Corp. Ryu hanya memberiku satu alamat ini.
Aku menunggu direktur yang namanya entah siapa. Yang pasti sekretarisnya sudah membuatkan kami janji untuk bertemu.Â
Memasuki ruangan yang besar, sangat berkelas, bergaya aristokrat. Semua furniture yang berwarna hampir senada dengan warna coklat tua mengisyaratkan itu bukan ruang staff kantor biasa.Â
"Silahkan duduk," ucap sekretaris cantik dengan tubuh seksi di bungkus rok mini berwarna hitam yang panjangnya hanya beberapa sentimeter di bawah pantatnya, dengan atasan blues biru muda yang membentuk lekuk tubuh sintal perempuan itu, tak lupa beberapa kancing atas blues yang sengaja tak dikancingkan, pemandangan yang menambah mual perutku.Â