"Maaf, Pak Alex. Saya harus cepat-cepat pergi. Masih ada beberapa hal lain yang harus saya lakukan. Selamat siang,"
"Tunggu sebentar," tangan Alex menahanku.Â
Pandangan matanya memang sangat mematikan. Dan siang ini aku tak mau jatuh pada bujuk rayunya seperti puluhan wanita yang sanggup antri hanya untuk berdekatan dengannya sepuluh menit saja.
Aku melepaskan pelan genggaman jemari Alex dari tanganku, "Alex, tolonglah," pintaku pelan.
"Ren, oke. Aku minta maaf. Malam itu aku terlalu emosional. Aku cuma..,"
"Lex, hentikan. Semua sudah selesai. Aku tak mau mengulangnya lagi. Berapa kali harus kukatakan itu?"
"Reni, kumohon," pintanya sambil memegang kedua pundak ku, seakan ingin memelukku.
"Alex, sudah. Lex,...perlu kamu tahu, sudah ada orang lain, Lex,"kembali ia menarikku ke dalam pelukannya.Â
Aroma harum neroli, patchouli, serta cedarwood dari tubuh Alex seakan membawaku kembali ke masa beberapa tahun yang lalu. Namun segera aku tersadar tak mungkin lagi aku di sana.
Tidak. Ini bukan tempatku lagi. Aku tak mau kau sakiti lagi, Lex...
Kulepaskan pelukan Alex dan segera keluar dari ruangan mewah itu.