"Udah tuh, hari ini launching bukumu dah kelar. Selamat, ya. Mau ketemu ama Mbak Watik lagi? Ampe jam berapa, ntar?" tanya Ranti.
Belum sempat kujawab pertanyaan Ranti, tiba-tiba datang di hadapanku, seorang lelaki yang umurnya tak jauh beda dariku. Datang dengan nafas yang tersengal sambil membawa bukuku.Â
"Apa masih boleh minta tanda tangannya, Mbak?"
"Oh, boleh," jawabku ramah dengan melempar sebuah senyuman.
"Ternyata Mba Kartini itu memang manis ya?"
Aku hanya tersenyum.Â
"Jangan senyum terus, Mbak. Bisa-bisa saya kena diabet nih. Terlalu manis."
Sekali lagi, aku hanya tersenyum simpul mendengar kata-katanya.
"Oh iya, tolong tulis di buku itu, dari Kartini, untuk Raka," pinta lelaki itu lagi.
"Sudah Mas Raka. Ini bukunya,"
"Oh saya bukan Raka. Ini sepupu saya minta tolong agar saya yang minta tanda tangannya Mbak Kartini. Mumpung launching buku di sini."