"Hahahahahahhaha!" terbahak Rossa mendengar pertanyaan ngawur  Badai,"
"Sebenernya kak. Untuk statement pertama, jelas-jelas benar. Statement kedua kakak. Hmm, Aku seneng sama kakak karena pintar mengemudi, kebetulan aku tidak punya supir. Kakak berminat jadi supir aku?"
"Tergantung."
"Tergantung apa Kak?"
"Tergantung seberapabesar kamu mau gaji aku."
"Huuu".
"Bicara tentang supir, nanti saya antar gimana? Kamu tinggal dimana?"
"Apakah tidak merepotkan Kak?" tanya Rossa,"aku tinggal di dekat Kalibata Kak".
"Kalao pertanyaannya kayak gitu, jawabannya si pasti repot. Tapi sebagai supir yang baik, kemana pun perintah majikan, pasti di antar," Bara dibelakang hanya mendengarkan pembicaraan keduanya. Pembicaraan yang kelak menjadi awal dari kisah Badai dan Rossa. Kisah yang menjadi bumbu manis perjuangan keduanya.
Rumah Rossa terletak di bilangan Kalibata. Sesaat setelah dinyatakan lulus di Universitas Harapan Bangsa, orang tua Rossa mengirim dirinya ke Ibukota Negara dan memberi rumah serta kendaraan roda empat kepada Rossa sebagai hadiah kelulusan.
"By the way, menurut kamu gimana Ra?" tanya Badai sambil mengendalikan mobil.