"Lo kayak nggak tau Ulva saja sih, La?! Kalau sudah penasaran pasti dia cari tahu sendiri!" Ana hanya bisa memeluk bantal yang sengaja kuletakkan di dalam mobil. Sementara aku hanya bisa diam sambil memikirkan apa rencana selanjutnya? Akhirnya kami sampai juga di tempat penyewaan film langganan Omku.
*****
ANA masih tertidur lelap, padahal jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi. Ela sedang bersiap--siap membuat sarapan pagi. Semua bahan-bahannya sudah kusiapkan di dapur. Aku ikut membantu Ela, tapi tiba-tiba saja telepon berbunyi.
KRIING...!! Ketika akan kuangkat dering telepon itu berhenti. Aku pun kembali ke dapur. Tapi belum sampai ke dapur, telepon itu berbunyi lagi dan mati lagi saat akan kuangkat.
"Siapa sih yang iseng pagi-pagi begini??" Aku mulai kesal.
KRIING...!! Akhirnya kudiamkan saja ketika telepon itu berbunyi lagi. Sampai Ana yang masih tidur, mulai bangun dari mimpinya. Dia menggeliat di ruang tengah, tempat kami menonton film sampai terlelap tidur. Hanya ada permadani tebal dan beberapa perangkat home theater milik Omku di sana.
"Wah, enak nih baru bangun langsung sarapan!" ledek Ela sambil membawa sepiring roti bakar dan secangkir kopi susu ke ruang tengah. Dia langsung menyalakan TV. Sementara itu telepon iseng tadi sudah berhenti berdering.
Kayaknya sudah capek tuh orang nelepon terus?? pikirku lega.
"Ih, curang!! Kok nggak bikinin kita kopi susu sekalian, La?" Ana mengucek sebelah matanya. Lalu masuk ke kamar mandi yang ada di sebelah dapur.
"Tangan gue cuma dua tahu!" Ela mulai menyeruput kopi susu yang masih panas.
SLRRUUUP....!! "AUW!!" Ia berteriak karena lidahnya kepanasan.