TUK..TUK...TUK...!! Lalu mennyentuh bemper mobilku yang masih mulus. Spontan, kutengok darimana arah batu itu datang? Aku pun mengarahkan pandanganku ke pos satpam di depan rumah Omku. Dari kejauhan aku lihat tidak ada apa--apa. Karena penasaran, kudekati saja pos satpam tersebut. Sampai akhirnya kutemukan beberapa botol air mineral yang berserakan dan kelihatannya masih baru diminum. Ketika aku kembali ke rumah Omku yang masih terbuka pintu pagarnya, aku terkejut dengan tulisan berwarna merah yang kulihat di kaca belakang mobilku. Di sana tertulis.....
"LIONTINÂ ATAU MATI...!!" Spontan, aku berteriak memanggil kedua sahabatku yang masih sibuk di dalam.
"ANAA...ELAA...!!"
Mereka berdatangan. Tapi aku sampai tak bisa menahan geli ketika kulihat Ela masih memegang sikat kamar mandi, sedangkan Ana masih memakai celemek dan memegang codet untuk menggoreng. Mereka justru keheranan melihat sikapku.
"Kenapa, Va??" tanya mereka bersamaan.
"Ituu...!" Aku menunjuk ke arah mereka.
Setelah menyadari keadaan mereka, baru mereka mengerti. Akhirnya kami tertawa bersama.
"Hi...hi...hi...!!"
Tapi akhirnya, kami kembali pada kaca mobil belakangku yang bertuliskan kata--kata aneh.
"Wah wah wah, apa maksudnya nih?? Ini sih nggak bisa didiamin terus, Va. Nanti lama--lama mereka berani masuk ke rumah lagi?! Terus kita lagi nggak ada atau lagi tidur teruss......" Ela bertolak pinggang.
"ELA! Udah dong jangan nakut--nakutin gitu!" Ana menyenggol tangan Ela dengan tangannya yang masih memegang codet.