Mohon tunggu...
De Thasia
De Thasia Mohon Tunggu... Freelancer - Writer

Creativity is an art.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Liontin

19 Agustus 2023   15:44 Diperbarui: 19 Agustus 2023   15:50 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

"ANGKAT TANGAN!!" teriak kedua orang polisi itu sambil menodongkan pistol mereka. Omku menyalakan tombol lampu yang letaknya tak jauh darinya. Terlihat kedua orang bertopeng itu memohon ampun sambil menundukkan wajah dan mengangkat kedua tangan mereka. Mereka berusaha melawan, tapi bukan pak polisi namanya kalau mereka tak bisa membekuk kedua orang bertopeng itu.

"A...A...AMPUN PAK!!" teriak mereka. Kedua polisi itu langsung merebahkan tubuh mereka di lantai sambil memborgol kedua tangan mereka di belakang punggung mereka masing-masing. Omku yang penasaran langsung membuka topeng mereka.

"Siapa yang menyuruh kalian meneror keponakan saya??" tanya Omku dengan galak.

"Ba...Bayu...Pak!" jawab si pria bertubuh jangkung.

"Kok lo ngasih tahu sih? Nanti kalau Bos marah gimana?" kesal si Pria bertubuh lebih pendek.

Takut kalau nanti Bos mereka memecat mereka kali? Aku, Ela dan Ana hanya menahan geli.

"HEH! DIAM KAMU! SIAPA YANG SURUH KAMU NGOMONG!" bentak pak polisi berjaket kulit coklat. Bandit bertubuh pendek itu langsung terdiam. Sementara si jangkung bergidik ketakutan. Mungkin terbayang di kepalanya sebuah penjara yang sangat tidak diinginkannya.

"Dia mantan supir saya pak! Dia memang baru saja minta berhenti dari pekerjaannya, katanya sudah bosan dan ingin mencari pekerjaan yang lain!" jelas Omku apa adanya.

"Tapi bagaimana dia bisa tahu kalau dari Liontin ini bisa ditemukan barang-barang antik di ruang bawah tanah tadi?!" tanya polisi berjaket kulit hitam. Sementara kedua bandit itu sudah dibawa ke mobil polisi yang dimasukkan ke dalam garasi rumah. Di sana sudah menunggu beberapa anak buah pak polisi yang bersembunyi di dalam garasi.

"Bayu memang tahu kalau saya menemukan barang-barang antik itu di sebuah pulau. Waktu itu saya sedang menyelam seorang diri tanpa anak dan istri saya. Di sana ada kapal yang karam dan tenggelam. Konon kata penduduk di sekitar pulau itu, sekitar tahun 1970-an ada sebuah kapal yang karam dan tenggelam karena diterjang topan dan badai saat mereka membawa hasil perdagangan mereka dari negeri seberang. Mereka memang sering memperjualbelikan barang-barang antik. Ternyata di sana mereka menemukan beberapa barang antik yang rencananya mereka mau jual di sini. Tapi saat itu cuaca buruk sekali hingga membuat semua penumpangnya tewas. Saking dalamnya kapal mereka tenggelam, mereka sampai tidak bisa ditemukan oleh siapapun. Bahkan oleh tim KNKT sekalipun. Tapi entah dapat keajaiban darimana, beberapa bulan yang lalu secara tidak sengaja saya menemukannya. Rupanya barang-barang antik itu mengambang di sebuah pesisir pulau yang jarang dikunjungi orang. Kebetulan sekali saya orangnya memang suka melancong ke tempat yang belum pernah saya datangi. Tapi saya tidak tahu kalau barang-barang antik ini merupakan barang-barang dari penumpang kapal yang karam tersebut. Karena saya belum sempat memikirkan mau disimpan dimana emas-emas penemuan saya, saya masukkan saja ke dalam ruang bawah tanah. Kebetulan ruangan itu hanya saya yang tahu, tapi pada akhirnya Bayu juga tahu....." Kedua polisi itu terlihat serius mendengarkan. "......waktu itu saya terburu--buru membuat kunci yang nggak mudah ditemukan orang. Saya memberikannya pada Ulva keponakan saya, tanpa memikirkan akibatnya. Soalnya saya harus bersiap-siap untuk pergi tugas keluar kota lagi. Cuma supir saya yang tahu semua ini, anak istri saya pun nggak ada yang tahu. Soalnya saya nggak mau membuat mereka panik dengan penemuan saya ini. Saya juga sangat mempercayai supir saya yang sudah bekerja selama kurang lebih tiga tahun itu. Tapi ternyata......" Omku menundukkan kepalanya sambil menyeka keringatnya yang bercucuran di keningnya. Mungkin saking tegangnya menghadapi suasana yang memang menegangkan itu. Kedua orang polisi itu hanya manggut-manggut seperti burung perkutut. Sementara polisi yang berjaket kulit coklat mencatat semua penjelasan Omku pada note booknya.

"Baiklah, kalau begitu silahkan Bapak menyerahkan penemuan Bapak ini ke pihak yang bisa dipercaya. Jangan disimpan sembarangan seperti ini, Pak! Bapak lihat sendiri kan akibatnya?" Polisi berjaket kulit hitam itu berusaha mencarikan jalan keluarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun