Mohon tunggu...
Dedy Padang
Dedy Padang Mohon Tunggu... Petani - Orang Biasa

Sedang berjuang menjadikan kegiatan menulis sebagai sarana yang sangat baik untuk menenangkan diri dan tidak tertutup kemungkinan orang lain pula.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Teologi Absensia: Tawaran Berteologi dalam Konteks Postmodernisme

18 Juli 2020   23:41 Diperbarui: 18 Juli 2020   23:43 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengarah pada Penyingkapan Allah

            Teologi absensia itu merupakan pola pikir akan Allah yang berawal pada pemikiran akan Allah dan berakhir pada pewahyuan Allah.[17] Pola pemikirannya mengarah kepada penyingkapan Allah. Pemikiran jenis ini merupakan kegiatan yang tanpa akhir dari usaha pengenalan Allah yang mewahyukan Diri. Melalui pemikiran ini, teologi tidak terjebak dalam kegiatan berpikir yang sekedar permainan konseptual belaka yang tidak memperoleh hasil apa-apa bagi teologi itu sendiri .

 

            Pemahaman akan Allah harus lepas dari permainan kata atau konsep karena Allah jauh melebihi apa yang bisa dikatakan atau dikonsepkan oleh manusia. Pengalaman modernis yang terlalu mengagungkan rasio (ego) menjadi cerminan bagi manusia zaman ini bahwa kekuatan rasio itu terbatas sehingga usaha untuk menaklukkan Allah melaluinya adalah usaha yang sia-sia.Maka, teologi absensia merupakan pemikiran yang terlepas dari pengaruh egosentris dari para modernis.

 

Cinta dan ke-Tanpa-an

 

            Cinta adalah terminologi yang akrab bagi manusia. Namun walaupun akrab, cinta sering sulit untuk dimengerti dalam arti yang lebih utuh. Hal ini bisa dimaklumi karena sebenarnya cinta merupakan sesuatu yang tak terjelaskan dan senantiasa mengundang interpretasi.

 

            Menurut Marion, ada dua ciri cinta. Pertama, cinta itu selalu berarti pemberian diri. Sifat dari pemberian diri ini ialah satu arah. Artinya, pemberian diri itu tidak pernah memandang apakah si penerima layak atau tidak menerimanya, sanggup atau tidak. Singkatnya, cinta adalah pemberian diri yang tanpa syarat, tanpa batas dan tanpa menunggu kesiapan dari si penerima. Kedua, hanya cinta yang memiliki kekuatan performatif, yaitu potensi yang menggerakkan, mengubah, mencairkan kebekuan dan untuk berbuat sesuatu yang lebih daripada cinta itu sendiri sebagai sebuah konsep.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun