Mohon tunggu...
Dedy Padang
Dedy Padang Mohon Tunggu... Petani - Orang Biasa

Sedang berjuang menjadikan kegiatan menulis sebagai sarana yang sangat baik untuk menenangkan diri dan tidak tertutup kemungkinan orang lain pula.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Teologi Absensia: Tawaran Berteologi dalam Konteks Postmodernisme

18 Juli 2020   23:41 Diperbarui: 18 Juli 2020   23:43 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

            Terdapat lima prinsip yang berkembang di zaman modern dan kelima prinsip ini menjadi ciri khas dari pemikiran modernitas. Pertama prinsip pengutamaan akal budi. Dalam prinsip ini, mereka beranggapan bahwa akal budi manusia bisa menangkap realitas. Akal budi menjadi satu-satunya acuan dalam menggapai realitas dan mengembalikannya melalui bahasa manusia. Prinsip yang kedua ialah prinsip hakikat (nature). Dalam prinsip ini modernitas menganggap bahwa setiap benda memiliki hakikat atau inti. Hakikat ini dilihat sebagai pengatur semesta dan karenanya ia disebut sebagai hukum alam. Maka bagi mereka, realitas itu dilihat sebagai sesuatu yang memiliki struktur yang tertata rapi dan dapat disingkapkan tatkala hukum alam tersebut mampu dibongkar oleh akal budi. Ada usaha untuk menyingkap segala hukum alam dengan rasio.[4]

 

            Prinsip yang ketiga ialah prinsip otonomi. Manusia adalah makhluk otonom yang otoritasnya berasal dari dalam dirinya sendiri yaitu akal budi. Dengan prinsip ini, segala otonomi eksternal seperti Gereja dan Kitab Suci dalam abad pertengahan tidak lagi mencukupi untuk dijadikan sebagai acuan hidup. Setiap orang harus belajar berjalan untuk menemukan hukum alam dengan menggunakan akal budinya sendiri.

 

            Prinsip yang keempat ialah prinsip harmoni. Prinsip ini menyiratkan pandangan bahwa segala sesuatu telah terletak pada tempat yang semestinya. Segala kebenaran merupakan bagian dari keseluruhan yang harmonis. Maka melalui prinsip ini setiap disiplin ilmu haruslah memiliki metode pemikiran yang benar (dalam artian harmonis) sehingga tidak jatuh pada suasana irasional.[5] Prinsip yang terakhir ialah prinsip kemajuan. Mimpi akan kemajuan adalah tujuan dari keempat prinsip di atas. Bagi mereka kemajuan berarti meninggalkan segala bentuk takhayul. Mereka kini cenderung berusaha menemukan metode yang benar untuk menghasilkan pengetahuan yang benar.

 

            Berdasarkan prinsip di atas, dapat ditemukan juga agama (realitas religius) yang berkembang pada masa itu. Pada masa itu ada dua agama yaitu agama alamiah dan agama yang diwahyukan. Agama alamiah adalah agama yang berpandangan bahwa akal budi manusia bisa sampai pada eksistensi Allah dan hukum-hukum moral yang universal. Sementara, agama yang diwahyukan ialah agama yang berpandangan ajaran tentang Allah dan hukum-hukum universal berasal dari doktrin Kristen yang bersumber pada Kitab Suci dan Magisterium Gereja. Manusia modern memilih agama alamiah atau agama akal budi dan dari sinilah lahir paham Deisme sebagai sebuah paradigma baru dalam beragama dan berteologi.

 

            Ialah Rene Descartes, sebagai salah seorang tokoh modernisme, memunculkan ide tentang subjektivitas individu. Baginya dasar  dari segala sesuatu adalah diri manusia yang berpikir. Manusia adalah subjek yang otonom dan rasional. Ia menambahkan bahwa manusia betapapun ragunya berkewajiban memberi penjelasan dan kepastian untuk segala keraguan itu. Tokoh selanjutnya ialah Sir Isaac Newton. Ia mengeluarkan ide bahwa alam semesta adalah sebuah mesin yang mempunyai hukum-hukum dan keteraturan yang dapat dipahami oleh pikiran manusia.            Dari dua tokoh modern ini, maka dapat disimpulkan bahwa manusia modern adalah makhluk yang otonom dan rasional yang hidup dalam dunia mekanik. Bagi mereka pengetahuan itu bersifat pasti, objektif, baik (tidak netral) dan dapat dipahami oleh pikiran manusia.[6]

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun