Mohon tunggu...
Asmaul Husna
Asmaul Husna Mohon Tunggu... -

student of Al-azhar university cairo egypt

Selanjutnya

Tutup

Puisi

KCB (Ketika Cinta Berlebay)

17 April 2011   20:44 Diperbarui: 6 Juli 2015   04:12 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"tidak kenapa-kenapa, aku hanya rindu dengan orang tuaku" jawabku asal.

"betul, kamu tidak apa-apa?" tanyanya kepadaku tak percaya.

"iya, betul, aku tidak apa-apa" jawabku mengakidkan.

Ahh.. Syifa, maafkan temanmu ini, bukan maksudku untuk membohongimu, dan bukan pula maksudku untuk menutup diri darimu, tapi lidah ini sudah  tak kuasa lagi untuk menguraikan kata-kata, biarlah sad memory terkubur dalam-dalam nun jauh disana, aku tidak ingin membukanya lagi, lets gone by be gone.

Lets gone by be gone, kalimat itu, mudah sekali lisan ini mengucapkannya, mudah sekali jari jemari ini menggoyangkannya dengan tinta asmaranya, hingga ku tak kuasa mempraktekannya dalam kehidupan yang benar-benar real keberadaannya.

Allahurobby, ampunan darimulah yang selalu kunanti-nanti.

Allahurobby, " kaburo maqtan 'indallahi antaqulu mala taf'aluna", firmanmu yang agung ini, mampu menggetarkan hati, jantung, paru-paru, rongga dada, dan anggota tubuhku lainnya.

Allahurobby, siapakah yang kau maksud dalam firmanMu itu?.

Orang kafirkah?, ataukah hambaMu yang kerdil ini?, jikalau hambaMu yang laknat ini yang kau maksud, ampunkanlah segala dosa-dosa hamba ya Robbal 'alamin, hamba khilaf, bukan maksud hamba untuk tidak merealisasikannya, tapi hamba sedang berusaha untuk merealisasikan slogan yang aku jadikan sebagai prinsip sebuah hidup.

Ya, itulah manusia, yang tak luput dari salah dan lupa, mengumbar kata-kata terasa mudah memang, namun perlu diketahui, bahwa dengan terlahirnya perkataan dari mulut kita, akan memacu dan mendorong kita menuju perealisasian yang akurat, karena kita tidak ingin mendapat julukan " tong kosong nyaring bunyinya ".

"Shifa, lansung pulang?" tanyaku padanya sembari terus dan terus menapaki jalan aspal yang kian hari kian terjal menuju mahattah Rab'ah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun